Senin, 08 Desember 2014

Alih Kode dan Campur Kode Di Kelas A Sore



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr.Wb
            Alhamdulillah , segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT  yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah penelitian yang berjudul “Alih Kode dan Campur Kode Dikelas A Sore” ini dengan baik dan tepat waktu.
            Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan makalah kami berikutnya. Penulis juga berharap agar apa yang penulis buat ini dapat berguna bagi pembaca khususnya.
            Untuk itu, dalam dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih untuk Dosen Pengasuh mata kuliah Sosiolinguistik yang telah membimbing kami dalam mata kuliah ini.
Waalaikumsalam. Wr. Wb


 
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Sebagai seseorang yang terlibat dengan penggunaan dua bahasa, dan juga terlibat dengan dua budaya, seorang dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari akibat-akibat penggunaan dua bahasa itu. Salah satu akibat dari ke dwibahasaan adalah adanya tumpang tindih antara kedua sistem bahasa yang dipakainya atau digunakannya unsur-unsur dari bahasa yang satu pada penggunaan bahasa yang lain.
Alih kode dan campur kode sering kali terjadi dalam berbagai percakapan masyarakat, alih kode dan campur kode dapat terjadi di semua kalangan masyarakat, status sosial seseorang tidak dapat mencegah terjadinya alih kode maupun campur kode atau sering disebut multi bahasa. Masyarakat yang multi bahasa muncul karena masyarakat tutur tersebut mempunyai atau menguasai lebih dari satu bahasa yang berbeda-beda sehingga mereka dapat menggunakan pilihan bahasa tersebut dalam kegiatan berkomunikasi. Dalam kajian sosiolinguistik, pilihan-pilihan bahasa tersebut kemudian dibahas karena hal ini merupakan aspek penting yang dikaji dalam suatu ilmu kebahasaan. Masyarakat memungkinkan adanya kontak bahasa dari masing-masing bahasa tersebut. Adanya kontak bahasa mengakibatkan munculnya pidgin, kreol, bilingualisme, diglosia, alih kode, campur kode, interferensi, integrasi, konvergensi, dan pergeseran bahasa. Pada ulasan ini akan dibahas mengenai apa alih kode dan campur kode, apa saja jenis-jenis alih kode, persamaan dan perbedaan alih kode dan campur kode, dan faktor-faktor penyebab  terjadiya alih kode dan campur kode. Oleh karena itu, maka hal itulah yang melatar belakangi saya untuk menulis dan menyusun makalah ini.


B. Fokus Penelitian
            Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebgai berikut:
1.      Bagaimana pengertian alih kode dan campur kode
2.      Bagaimana perbedaan dan persamaan alih kode dan campur kode
-Batasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah diatas, batasan masalah dalam penelitian ini terurai sebagai berikut:
1.   Pengertian alih kode dan campur kode
2.   Pengertian perbedaan dan persamaan alih kode dan campur kode
C. Tujuan Penelitian

a.       Untuk mengetahui pengertian alih kode dan campur kode
b.      Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan alih kode dan campur kode
c.       Untuk mengetahui penyebab terjadinya alih kode dan campur kode
d.      Untuk mengetahui jenis-jenis alih kode dan campur kode




D. Manfaat Penelitian
Kita dapat mengetahui pengertian , persamaan dan perbedaan , penyebab terjadinya dan juga untuk mengetahui jenis-jenis alih kode dan campur kode.



BAB II
KAJIAN TEORI
A.      Pengertian Alih Kode
Alih kode atau code switching adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain dalam suatu peristiwa tutur. Misalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa daerah. Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa (language dependency) dalam masyarakat multilingual dimana masing-masing bahasa masih cenderung mendukung fungsi masing-masing sesuai dengan konteksnya. Contohnya peristiwa pergantian bahasa yang digunakan dosen bahasa Inggris pada saat mengajar dikelas, yang pada awalnya menggunakan bahasa Inggris, lalu menggunakan bahasa Indonesia dan kemudian menggunakan bahasa daerah atau berubahnya dari ragam santai menjad ragam resmi atau juga ragam resmi ke ragam santai. Inilah yang disebut peristiwa alih kode didalam sosiolinguistik.
Appel (1976:79) mendefinisikan alih kode itu sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Pada ilustrasi diatas dapat kita lihat peralihan penggunaan bahasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan ke baha daerah yang dilakukan oleh dosen bahasa Inggris pada saat mengajar dikelas. Secara sosial perubahan pemakaian bahasa itu memang harus dilakukan. Karena, sangat tidak pantas dan tidak etis secara social untuk terus menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh orang ketiga.
Berbeda dengan Appel yang mengatakan alih kode itu terjadi anatar bahasa, maka Hymes (1875: 103) mengatakan alih kode itu bukan hanya terjadi antarbahasa , tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa. Lengkapnya Hymes mengatakan “code switching has become a common tern for alternate us of two or more language, varieties of language, or even speech styles” .
B. Pengertian Campur Kode
Pembicaraan mengenai alih kode biasanya diikuti dengan pembicaraan mengenai campur kode. Kedua peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat yang bilingual ini mempunyai kesamaan yang besar, sehingga seringkali sukar dibedakan.
Kesamaan yanga da antara alih kode dan campur kode adalah digunakannya dua bahasa atau lebih atau dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur. Banyak ragam pendapat mengenai beda keduanya. Namun , yang jelas kalau dalam alih kode setiap bahasa atau ragam bahasa yang digunakan itu masih memiliki fungsi otonomi masing-masing dilakukan dengan sadar dan sengaja dengan sebab-sebab tertentu seperti yang sudah dibicarakan diatas. Sedangkan didalam campur kode ada sebuah kode utama atau kodedasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan keotonomiannya , sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau keotomian sebagai sebuah kode. Seorang penutur misalnya, yang dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan serpihan-serpihan bahasa daerahnya,bisa dikatakan telah melakukan campur kode.  Akibatnya akan muncul satu ragam bahasa Indonesia yang kemelayu-melayuan.

C.Persamaan dan Perbedaan Alih Kode dan Campur Kode
Persamaan alih kode dan campur kode adalah kedua peristiwa ini lazim terjadi dalam masyarakat multilingual dalam menggunakan dua bahasa atau lebih. Menurut  Thelander (1976:103) menjelaskan perbedaan alih kode dan campur kode. Bila didalam suatu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alid kode. Tetapi, apabila didalam suatu peristiwa tutur, klausa –klausa maupun frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran (hybrid clauses,hybrid phrases) dan masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur kode bukan alih kode. Dalam hal ini meurut Thelander selanjutnya memang ada kemungkinan terjadinya perkembangna dari campur kode ke alih kode. Perkembangan ini misalnya dapat dilihat kalau ada usaha untuk mengurangi kehibridan klausa-klausa atau frase-frase yang digunakan serta memberi fungsi-fungsi ternteu sesuai dengan keotonomian bahasanya masing-masing.

D.Penyebab Terjadinya Alih Kode dan Campur Kode
1. Penyebab Terjadinya Alih Kode
a.       Penutur
Perilaku atau sikap penutur, yang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur karena tujuan tertentu. Misalnya mengubah situasi dari resmi menjadi tidak resmi atau sebaliknya. Kemudian ada juga penutur yang mengharapkan sesuatu dari mitra tuturnya atau dengan kata lain mengharapkan keuntungan atau manfaat dari percakapan yang dilakukanya. Sebagai contoh, A adalah orang Jawa. B adalah orang Pontianak. Keduanya sedang terlibat percakapan. Mulanya si A berbicara menggunakan bahasa Indonesia sebagai pembuka. Kemudian ditanggapi oleh B dengan menggunakan bahasa Indonesia juga. Namun ketika si A ingin mengemukakan inti dari pembicaraannya maka ia kemudian beralih bahasa, yaitu dari bahasa Indonesia ke bahasa Pontianak. Ketika si A beralih menggunakan bahasa Pontianak yang merupakan bahasa asli B, maka B pun merespon A dengan baik. Maka disinilah letak keuntungan tersebut. A berbasa basi dengan menggunakan bahasa Indonesia, kemudian setelah ditanggapi oleh B dan ia merasa percakapan berjalan lancar, maka si A dengan sengaja mengalihkan ke bahasa Pontianak. Hal ini disebabkan si A sudah ingin memulai pembicaraan yang lebih dalam kepada si B. Selain itu inti pembicaraan tersebut dapat tersampaikan dengan baik, karena mudah dimengerti oleh lawan bicara yaitu B. Peristiwa inilah yang menyebakan terjadinya peristiwa alih kode.




b.      Lawan Tutur
Mitra tutur atau lawan tutur dapat menyebabkan peristiwa alih kode. Misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa lawan tuturnya. Dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang atau agak kurang karena mungkin bahasa tersebut bukan bahasa pertamanya. Jika lawan tutur yang latar belakang kebahasaannya sama dengan penutur biasanya beralih kode dalam wujud alih varian (baik regional maupun sosial), ragam, gaya, atau register. Kemudian bila lawan tutur berlatar belakang kebahasaan berbeda cenderung alih kode berupa alih bahasa. Sebagai contoh, Rani adalah seorang pramusaji disebuah restoran. Kemudian Ia kedatangan tamu asing yang berasal dari Jepang. Tamu tersebut ingin mempraktikkan bahasa Indonesia yang telah Ia pelajari. Pada awalnya percakapan berjalan lancar, namun ketika tamu tersebut menanyakan biaya makanya Ia tidak dapat mengerti karena Rani masih menjawab dengan menggunakan bahasa Indonesia. Melihat tamunya yang kebingungan tersebut, secara sengaja Rani beralih bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jepang sampai tamu tersebut mengerti apa yang dikatakan Rani. Dari contoh di atas dapat dikatakan telah terjadi peristiwa peralihan bahasa atau disebut alih kode, yaitu bahasa Indonesia ke bahasa Jepang. Oleh karena itu lawan tutur juga sangat mempengaruhi peristiwa alih kode.
c.   Perubahan Situasi ( Hadirnya Orang Ketiga )
Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak berlatar belakang bahasa yang sama dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur dan lawan tutur dapat menyebabkan peristiwa alih kode. Untuk menetralisasi situasi dan menghormati kehadiran mitra tutur ketiga, biasanya penutur dan mitra tutur beralih kode, apalagi bila latar belakang kebahasaan mereka berbeda. Sebagai contoh, Tono dan Tini bersaudara. Mereka berdua adalah orang Pontianak. Oleh karena itu, ketika berbicara, mereka menggunakan bahasa yang digunakan sehari-hari, yaitu bahasa Pontianak. Pembicaraan berjalan aman dan lancar. Tiba-tiba datang Margareth kawan Tini yang merupakan orang Dayak. Untuk sesaat Margareth tidak mengerti apa yang mereka katakan. Kemudian Tini memahami hal tersebut dan langsung beralih ke bahasa yang dapat dimengerti oleh Margareth, yaitu bahasa Indonesia. kemudian Ia bercerita tentang apa yang Ia bicarakan dengan Tono dengan menggunakan bahasa Indonesia. Inilah yang disebut peristiwa alih kode. Jadi, kehadiran orang ketiga merupakan faktor yang mempengaruhi peristiwa alih kode.
d.      Perubahan Dari Formal ke Informal/ sebaliknya
Perubahan situasi pembicaraan juga dapat mempengaruhi terjadinya laih kode. Situasi tersebut dapat berupa situasi formal ke informal atau sebaliknya.
e.       Topik Pembicaraan
Topik merupakan faktor yang dominan dalam menentukan terjadinya alih kode. Topik pembicaraan yang bersifat formal biasanya diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya netral dan serius dan pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan dengan bahasa nonbaku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya.
2.      Penyebab Terjadinya Campur Kode
Sama halnya dengan alih kode, campur kode pun disebabkan oleh masyarakat tutur yang multilingual. Namun, tidak seperti alih kode, campur kode tidak mempunyai maksud dan tujuan yang jelas untuk digunakan karena campur kode digunakan biasanya tidak disadari oleh pembicara atau dengan kata lain reflek pembicara atas pengetahuan bahasa asing yang diketahuinya.
Kegiatan berkomunikasi tidak mendapatkan padanan kata yang cocok yang dapat menjelaskan maksud dan tujuan yang sebenarnya, maka ia akan mencari padanan kata yang cocok dengan jalan mengambil istilah dari berbagai bahasa yang ia kuasai. Kemudian penyebab terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sikap (attitudinal type) yakni latar belakang sikap penutur, dan kebahasaan (linguistik type) yakni latar belakang keterbatasan bahasa, sehingga ada alasan identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk menjelaskan atau menafsirkan. Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara peranan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa.



E.  Jenis-Jenis Alih Kode dan Campur Kode
1. Jenis-Jenis Alih Kode
a.       Alih Kode Metaforis
Alih kode metaforis, yaitu alih kode yang terjadi jika ada pergantian topik.
b.      Alih Kode Situasional
Sedangkan alih kode situasional, yaitu alih kode yang terjadi berdasarkan situasi dimana para penutur menyadari bahwa mereka berbicara dalam bahasa tertentu dalam suatu situasi dan bahasa lain dalam situasi yang lain. Dalam alih kode ini tidak tejadi perubahan topik. Pergantian ini selalu bertepatan dengan perubahan dari suatu situasi eksternal (misalnya berbicara dengan anggota keluarga) ke situasi eksternal lainnya (misalnya berbicara dengan tetangga).
a.       Alih Kode Intern
Alih Kode Intern yaitu alih kode yang berlangsung antar bahasa sendiri, seperti dari bahasa Indonesia ke bahasa daerah, atau sebaliknya
b.      Alih Kode Ekstern
Sedangkan alih kode ekstern yaitu alih kode yang terjadi antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Contohnya bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, atau sebaliknya.

2.      Jenis-Jenis Campur Kode
Campur kode dibagi menjadi dua, yaitu campur kode ke luar (outer code-mixing) dan campur kode ke dalam (inner code-mixing) .
 a.       Campur Kode Ke Luar (Outer Code-Mixing)
Yaitu campur kode yang berasal dari bahasa asing atau dapat dijelaskan bahasa asli yang bercampur dengan bahasa asing. Contohnya bahasa Indonesia – bahasa Inggris – bahasa daerah,dll.


b.      Campur Kode Ke Dalam (Inner Code-Mixing)
Yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya. Contohnya bahasa Inggris-bahasa Indonesia-bahasa daerah (lebih ke dialek), dll.




















BAB III
HASIL PENELITIAN

Penelitian saya ini mendiskripsikan tentang Alih Kode dan Campur Kode yang digunakan Dosen IKIP Bahasa Inggris pada saat melakukan pengajaran dikelas. Pada awal masuk Dosen Bahasa Inggris mengucapkan salam dan menyapa mahasiswa.
Contohnya :
Dosen: hello good afternoon
Mahasiswa : good afternoon too miss
Dosen : how are you?
Mahasiswa: i’m fine and you .
Dosen : very well.

            Ketika dalam melakukan pengajaran dosen bahasa Inggris menggunakan bahasa campuran, yaitu menggunakan bahasa Inggris ke bahasa melayu Pontianak dan menggunakan juga bahasa lainnya.
            Lalu , setelah memberi salam dan menyapa Dosen Bahasa Inggris tersebut menanyakan fotocopy yang berisi tentang semua materi yang akan dipelajari. Dalam kegiatan belajar tersebut, dosen Bahasa Inggris melanjutkan perkenalan terhadap mahasiswa yang belum selesai kemarin. Ketika perkenalan telah usai,Dosen Bahasa Inggris melanjutkan ke materi pelajaran tentang Bahasa Inggris yaitu tentang percakapan ( introducing yourself & introducing people ) . Kemudian Dosen Bahasa Inggris tersebut menyuruh mahasiswa , masing-masing untuk mencari pasangan. Untuk melakukan percakapan yang sesuai dengan di materi untuk dibacakan.
Contohnya :
A : great party, isn’t
B : yeah, really
A : by the way, my name’s A
B : nice to meet you. I’m B
A : sorry, what’s your first name again?
B : beverly , but please call me B
A : what do you do, B ???
B : well, i’m graduate student atcolumbia
A : oh are you? What are studying
B : i work for citybank, in the international section
A : hmm,, that sounds intersting
B : it’s not bad
            Itulah contoh percakapan, yang diminta oleh Dosen Bahasa Inggris untuk mahasiswa mengulang kembali percakapan tersebut. Dalam belajar mengajar tersebut, Dosen Bahasa Inggris banyak menggunakan Bahasa Inggris serta bercampur dengan Bahasa Indonesia, maupun Bahasa Melayu. Oleh sebab itu, maka hasil penelitian saya ini menceritakan dan mendiskripsikan percakapan yang terjadi dalam belajar mengajar yang dilakukan dikelas.

BAB IV
PENUTUP
A.    Simpulan
Berdasarkan dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Alih Kode dan Campur
Kode sangat melatarbelakangi terjadinya suatu perubahan bahasa satu ke bahasa yang lain, secara tidak disadari. Sehingga pendengar  tidak mengerti dengan apa yang sipembicara ucapkan.
Karena penyebab terjadinya Alih Kode ialah , penutur, lawan tutur, perubahan situasi (hadirnya orang ketiga) , perubahan dari formal ke informal/ sebaliknya, dan perubahan topik pembicaraan . Kemudian penyebab terjadinya Campur Kode ialah sikap (attitudinal type) dan kebahasaan (linguistik type) .

B.     Saran
Sebaiknya dalam suatu belajar mengajar dilaksanakan , seharusnya Dosen Bahasa Inggris menggunakan bahasa yang formal . Karena didalam suatu pengajaran yang dilakukan di sebuah lembaga , termasuk formal. Agar sipendengar  yang mendengarkan pun akan mengerti dengan apa yang dibicarakan . Supaya tidak terjadi suatu perubahan bahasa satu ke bahasa yang lain.






DAFTAR PUSTAKA

Appel, Rene, Gerad Huber, dan Guus Maijer. 1976 . Sosiolinguistik. Utrech – Antwerpen : Het Spectrum

Hymes, Dell (Ed.) 1954. Language in Culture and Society. New York : Harper and Row .

Thelander, Mats. 1976. “Code-Switching and Code-Mixing?” dalam International Journal of The Sociology of Language 10: 103 -124.


0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More