KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr.Wb
Alhamdulillah
, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah penelitian yang berjudul “Alih Kode dan Campur Kode Dikelas A Sore” ini
dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan makalah kami berikutnya. Penulis
juga berharap agar apa yang penulis buat ini dapat berguna bagi pembaca
khususnya.
Untuk
itu, dalam dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
untuk Dosen Pengasuh mata kuliah Sosiolinguistik yang telah membimbing kami
dalam mata kuliah ini.
Waalaikumsalam. Wr. Wb
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Sebagai seseorang yang terlibat
dengan penggunaan dua bahasa, dan juga terlibat dengan dua budaya, seorang
dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari akibat-akibat penggunaan dua bahasa
itu. Salah satu akibat dari ke dwibahasaan
adalah adanya tumpang tindih antara kedua sistem bahasa yang dipakainya atau
digunakannya unsur-unsur dari bahasa yang satu pada penggunaan bahasa yang lain.
Alih kode dan campur kode sering
kali terjadi dalam berbagai percakapan masyarakat, alih kode dan campur kode
dapat terjadi di semua kalangan masyarakat, status sosial seseorang tidak dapat
mencegah terjadinya alih kode maupun campur kode atau sering disebut multi
bahasa. Masyarakat yang multi bahasa muncul karena masyarakat tutur tersebut
mempunyai atau menguasai lebih dari satu bahasa yang berbeda-beda sehingga
mereka dapat menggunakan pilihan bahasa tersebut dalam kegiatan berkomunikasi.
Dalam kajian sosiolinguistik, pilihan-pilihan bahasa tersebut kemudian dibahas
karena hal ini merupakan aspek penting yang dikaji dalam suatu ilmu kebahasaan.
Masyarakat memungkinkan adanya kontak bahasa dari masing-masing bahasa
tersebut. Adanya kontak bahasa mengakibatkan munculnya pidgin, kreol,
bilingualisme, diglosia, alih kode, campur kode, interferensi, integrasi,
konvergensi, dan pergeseran bahasa. Pada ulasan ini akan dibahas mengenai apa
alih kode dan campur kode, apa saja jenis-jenis alih kode, persamaan dan
perbedaan alih kode dan campur kode, dan faktor-faktor penyebab terjadiya alih kode dan campur kode. Oleh karena itu, maka hal itulah yang melatar
belakangi saya untuk menulis dan
menyusun makalah ini.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah dikemukakan diatas, maka dalam penelitian ini dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebgai berikut:
1.
Bagaimana
pengertian alih kode dan campur kode
2.
Bagaimana perbedaan
dan persamaan alih kode dan campur kode
-Batasan Masalah
Berdasarkan
indentifikasi masalah diatas, batasan masalah dalam penelitian ini terurai
sebagai berikut:
1. Pengertian alih kode dan campur kode
2. Pengertian perbedaan dan persamaan alih kode
dan campur kode
C. Tujuan Penelitian
a.
Untuk mengetahui
pengertian alih kode dan campur kode
b.
Untuk mengetahui
persamaan dan perbedaan alih kode dan campur kode
c.
Untuk mengetahui
penyebab terjadinya alih kode dan campur kode
d.
Untuk mengetahui
jenis-jenis alih kode dan campur kode
D. Manfaat Penelitian
Kita dapat mengetahui pengertian , persamaan dan perbedaan , penyebab
terjadinya dan juga untuk mengetahui jenis-jenis alih kode dan campur kode.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Alih Kode
Alih kode
atau code switching adalah peristiwa
peralihan dari satu kode ke kode yang lain dalam suatu peristiwa tutur.
Misalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa
daerah. Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa (language dependency) dalam masyarakat
multilingual dimana masing-masing bahasa masih cenderung mendukung fungsi
masing-masing sesuai dengan konteksnya. Contohnya
peristiwa pergantian bahasa yang digunakan dosen bahasa Inggris pada saat
mengajar dikelas, yang pada awalnya menggunakan bahasa Inggris, lalu
menggunakan bahasa Indonesia dan kemudian menggunakan bahasa daerah atau
berubahnya dari ragam santai menjad ragam resmi atau juga ragam resmi ke ragam
santai. Inilah yang disebut peristiwa alih kode didalam sosiolinguistik.
Appel (1976:79) mendefinisikan alih kode itu sebagai gejala peralihan
pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Pada ilustrasi diatas dapat kita
lihat peralihan penggunaan bahasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan
ke baha daerah yang dilakukan oleh dosen bahasa Inggris pada saat mengajar
dikelas. Secara sosial perubahan pemakaian bahasa itu memang harus dilakukan.
Karena, sangat tidak pantas dan tidak etis secara social untuk terus
menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh orang ketiga.
Berbeda dengan Appel yang mengatakan alih kode itu terjadi anatar bahasa,
maka Hymes (1875: 103) mengatakan alih kode itu bukan hanya terjadi antarbahasa
, tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat
dalam satu bahasa. Lengkapnya Hymes mengatakan “code switching has become a common tern for alternate us of two or
more language, varieties of language, or even speech styles” .
B. Pengertian
Campur Kode
Pembicaraan mengenai alih kode biasanya diikuti dengan pembicaraan mengenai
campur kode. Kedua peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat yang bilingual
ini mempunyai kesamaan yang besar, sehingga seringkali sukar dibedakan.
Kesamaan yanga da antara alih kode dan campur kode adalah digunakannya dua
bahasa atau lebih atau dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat
tutur. Banyak ragam pendapat mengenai beda keduanya. Namun , yang jelas kalau
dalam alih kode setiap bahasa atau ragam bahasa yang digunakan itu masih
memiliki fungsi otonomi masing-masing dilakukan dengan sadar dan sengaja dengan
sebab-sebab tertentu seperti yang sudah dibicarakan diatas. Sedangkan didalam
campur kode ada sebuah kode utama atau kodedasar yang digunakan dan memiliki
fungsi dan keotonomiannya , sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam
peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau keotomian sebagai sebuah kode.
Seorang penutur misalnya, yang dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan
serpihan-serpihan bahasa daerahnya,bisa dikatakan telah melakukan campur kode. Akibatnya akan muncul satu ragam bahasa
Indonesia yang kemelayu-melayuan.
C.Persamaan dan Perbedaan Alih Kode dan Campur Kode
Persamaan alih kode dan campur kode
adalah kedua peristiwa ini lazim terjadi
dalam masyarakat multilingual dalam menggunakan dua bahasa atau lebih. Menurut Thelander (1976:103)
menjelaskan perbedaan alih kode dan campur kode. Bila didalam suatu peristiwa
tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain,
maka peristiwa yang terjadi adalah alid kode. Tetapi, apabila didalam suatu
peristiwa tutur, klausa –klausa maupun frase-frase yang digunakan terdiri dari
klausa dan frase campuran (hybrid
clauses,hybrid phrases) dan masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi
mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur
kode bukan alih kode. Dalam hal ini meurut Thelander selanjutnya memang ada
kemungkinan terjadinya perkembangna dari campur kode ke alih kode. Perkembangan
ini misalnya dapat dilihat kalau ada usaha untuk mengurangi kehibridan
klausa-klausa atau frase-frase yang digunakan serta memberi fungsi-fungsi
ternteu sesuai dengan keotonomian bahasanya masing-masing.
D.Penyebab Terjadinya Alih Kode dan Campur Kode
1. Penyebab Terjadinya Alih Kode
a. Penutur
Perilaku atau sikap penutur, yang
dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur karena tujuan tertentu.
Misalnya mengubah situasi dari resmi menjadi tidak resmi atau sebaliknya.
Kemudian ada juga penutur yang mengharapkan sesuatu dari mitra tuturnya atau
dengan kata lain mengharapkan keuntungan atau manfaat dari percakapan yang
dilakukanya. Sebagai contoh, A adalah orang Jawa. B adalah
orang Pontianak. Keduanya sedang terlibat percakapan. Mulanya si A
berbicara menggunakan bahasa Indonesia sebagai pembuka. Kemudian ditanggapi
oleh B dengan menggunakan bahasa Indonesia juga. Namun ketika si A ingin
mengemukakan inti dari pembicaraannya maka ia kemudian beralih bahasa, yaitu
dari bahasa Indonesia ke bahasa Pontianak. Ketika si
A beralih menggunakan bahasa Pontianak yang
merupakan bahasa asli B, maka B pun merespon A dengan baik. Maka disinilah
letak keuntungan tersebut. A berbasa basi dengan menggunakan bahasa Indonesia,
kemudian setelah ditanggapi oleh B dan ia merasa percakapan berjalan lancar,
maka si A dengan sengaja mengalihkan ke bahasa Pontianak. Hal ini
disebabkan si A sudah ingin memulai pembicaraan yang lebih dalam kepada si B.
Selain itu inti pembicaraan tersebut dapat tersampaikan dengan baik, karena
mudah dimengerti oleh lawan bicara yaitu B. Peristiwa inilah yang menyebakan
terjadinya peristiwa alih kode.
b. Lawan Tutur
Mitra tutur atau lawan tutur dapat
menyebabkan peristiwa alih kode. Misalnya karena si penutur ingin mengimbangi
kemampuan berbahasa lawan tuturnya. Dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa
si lawan tutur kurang atau agak kurang karena mungkin bahasa tersebut bukan
bahasa pertamanya. Jika lawan tutur yang latar belakang kebahasaannya sama
dengan penutur biasanya beralih kode dalam wujud alih varian (baik regional maupun
sosial), ragam, gaya, atau register. Kemudian bila lawan tutur berlatar
belakang kebahasaan berbeda cenderung alih kode berupa alih bahasa. Sebagai
contoh, Rani adalah seorang pramusaji disebuah restoran. Kemudian Ia kedatangan
tamu asing yang berasal dari Jepang. Tamu tersebut ingin mempraktikkan bahasa
Indonesia yang telah Ia pelajari. Pada awalnya percakapan berjalan lancar,
namun ketika tamu tersebut menanyakan biaya makanya Ia tidak dapat mengerti
karena Rani masih menjawab dengan menggunakan bahasa Indonesia. Melihat tamunya
yang kebingungan tersebut, secara sengaja Rani beralih bahasa, dari bahasa
Indonesia ke bahasa Jepang sampai tamu tersebut mengerti apa yang dikatakan
Rani. Dari contoh di atas dapat dikatakan telah terjadi peristiwa peralihan
bahasa atau disebut alih kode, yaitu bahasa Indonesia ke bahasa Jepang. Oleh
karena itu lawan tutur juga sangat mempengaruhi peristiwa alih kode.
c. Perubahan Situasi ( Hadirnya Orang Ketiga )
Kehadiran orang ketiga atau orang
lain yang tidak berlatar belakang bahasa yang sama dengan bahasa yang sedang
digunakan oleh penutur dan lawan tutur dapat menyebabkan peristiwa alih kode.
Untuk menetralisasi situasi dan menghormati kehadiran mitra tutur ketiga,
biasanya penutur dan mitra tutur beralih kode, apalagi bila latar belakang
kebahasaan mereka berbeda. Sebagai contoh, Tono dan Tini bersaudara. Mereka
berdua adalah orang Pontianak. Oleh
karena itu, ketika berbicara, mereka menggunakan bahasa yang digunakan
sehari-hari, yaitu bahasa Pontianak.
Pembicaraan berjalan aman dan lancar. Tiba-tiba datang Margareth kawan Tini yang merupakan orang Dayak. Untuk sesaat Margareth tidak
mengerti apa yang mereka katakan. Kemudian Tini memahami hal tersebut dan
langsung beralih ke bahasa yang dapat dimengerti oleh Margareth, yaitu bahasa Indonesia. kemudian Ia bercerita
tentang apa yang Ia bicarakan dengan Tono dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Inilah yang disebut peristiwa alih kode. Jadi, kehadiran orang ketiga merupakan
faktor yang mempengaruhi peristiwa alih kode.
d. Perubahan Dari Formal ke Informal/ sebaliknya
Perubahan situasi pembicaraan juga
dapat mempengaruhi terjadinya laih kode. Situasi tersebut dapat berupa situasi
formal ke informal atau sebaliknya.
e. Topik Pembicaraan
Topik
merupakan faktor yang dominan dalam menentukan terjadinya alih kode. Topik
pembicaraan yang bersifat formal biasanya diungkapkan dengan ragam baku, dengan
gaya netral dan serius dan pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan
dengan bahasa nonbaku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya.
2.
Penyebab Terjadinya Campur Kode
Sama halnya dengan alih kode, campur
kode pun
disebabkan oleh masyarakat tutur yang multilingual. Namun, tidak seperti alih
kode, campur kode tidak mempunyai maksud dan tujuan yang jelas untuk digunakan
karena campur kode digunakan biasanya tidak disadari oleh pembicara atau dengan
kata lain reflek pembicara atas pengetahuan bahasa asing yang diketahuinya.
Kegiatan
berkomunikasi tidak mendapatkan padanan kata yang cocok yang dapat menjelaskan
maksud dan tujuan yang sebenarnya, maka ia akan mencari padanan kata yang cocok
dengan jalan mengambil istilah dari berbagai bahasa yang ia kuasai. Kemudian
penyebab terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sikap (attitudinal type) yakni latar belakang
sikap penutur, dan kebahasaan (linguistik
type) yakni latar belakang keterbatasan bahasa, sehingga ada alasan
identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk menjelaskan atau
menafsirkan. Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal
balik antara peranan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa.
E. Jenis-Jenis Alih Kode dan Campur
Kode
1. Jenis-Jenis Alih Kode
a. Alih Kode Metaforis
Alih kode metaforis, yaitu alih kode
yang terjadi jika ada pergantian topik.
b. Alih Kode Situasional
Sedangkan alih kode situasional,
yaitu alih kode yang terjadi berdasarkan situasi dimana para penutur menyadari
bahwa mereka berbicara dalam bahasa tertentu dalam suatu situasi dan bahasa
lain dalam situasi yang lain. Dalam alih kode ini tidak tejadi perubahan topik.
Pergantian ini selalu bertepatan dengan perubahan dari suatu situasi eksternal
(misalnya berbicara dengan anggota keluarga) ke situasi eksternal lainnya
(misalnya berbicara dengan tetangga).
a. Alih Kode Intern
Alih Kode Intern yaitu alih kode
yang berlangsung antar bahasa sendiri, seperti dari bahasa Indonesia ke bahasa daerah, atau sebaliknya
b. Alih Kode Ekstern
Sedangkan alih kode ekstern yaitu
alih kode yang terjadi antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Contohnya bahasa
Indonesia ke bahasa Inggris, atau
sebaliknya.
2. Jenis-Jenis Campur Kode
Campur kode dibagi menjadi dua,
yaitu campur kode ke luar (outer
code-mixing) dan campur
kode ke dalam (inner code-mixing) .
a.
Campur Kode Ke Luar (Outer Code-Mixing)
Yaitu campur kode yang berasal dari
bahasa asing atau dapat dijelaskan bahasa asli yang bercampur dengan bahasa
asing. Contohnya bahasa Indonesia – bahasa Inggris – bahasa daerah,dll.
b. Campur Kode Ke Dalam (Inner Code-Mixing)
Yaitu campur kode yang bersumber
dari bahasa asli dengan segala variasinya. Contohnya bahasa Inggris-bahasa Indonesia-bahasa daerah (lebih ke dialek), dll.
BAB III
HASIL PENELITIAN
Penelitian saya ini mendiskripsikan tentang Alih Kode dan
Campur Kode yang digunakan Dosen IKIP Bahasa Inggris pada saat melakukan
pengajaran dikelas. Pada awal masuk Dosen Bahasa Inggris mengucapkan salam dan
menyapa mahasiswa.
Contohnya :
Dosen: hello good afternoon
Mahasiswa : good afternoon too miss
Dosen : how are you?
Mahasiswa: i’m fine and you .
Dosen : very well.
Ketika
dalam melakukan pengajaran dosen bahasa Inggris menggunakan bahasa campuran,
yaitu menggunakan bahasa Inggris ke bahasa melayu Pontianak dan menggunakan
juga bahasa lainnya.
Lalu ,
setelah memberi salam dan menyapa Dosen Bahasa Inggris tersebut menanyakan
fotocopy yang berisi tentang semua materi yang akan dipelajari. Dalam kegiatan
belajar tersebut, dosen Bahasa Inggris melanjutkan perkenalan terhadap
mahasiswa yang belum selesai kemarin. Ketika perkenalan telah usai,Dosen Bahasa
Inggris melanjutkan ke materi pelajaran tentang Bahasa Inggris yaitu tentang
percakapan ( introducing yourself &
introducing people ) . Kemudian Dosen Bahasa Inggris tersebut menyuruh
mahasiswa , masing-masing untuk mencari pasangan. Untuk melakukan percakapan
yang sesuai dengan di materi untuk dibacakan.
Contohnya :
A : great party, isn’t
B : yeah, really
A : by the way, my name’s A
B : nice to meet you. I’m B
A : sorry, what’s your first name again?
B : beverly , but please call me B
A : what do you do, B ???
B : well, i’m graduate student atcolumbia
A : oh are you? What are studying
B : i work for citybank, in the international section
A : hmm,, that sounds intersting
B : it’s not bad
Itulah
contoh percakapan, yang diminta oleh Dosen Bahasa Inggris untuk mahasiswa
mengulang kembali percakapan tersebut. Dalam belajar mengajar tersebut, Dosen
Bahasa Inggris banyak menggunakan Bahasa Inggris serta bercampur dengan Bahasa
Indonesia, maupun Bahasa Melayu. Oleh sebab itu, maka hasil penelitian saya ini
menceritakan dan mendiskripsikan percakapan yang terjadi dalam belajar mengajar
yang dilakukan dikelas.
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan
dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Alih Kode dan Campur
Kode sangat melatarbelakangi terjadinya suatu perubahan
bahasa satu ke bahasa yang lain, secara tidak disadari. Sehingga pendengar tidak mengerti dengan apa yang sipembicara
ucapkan.
Karena penyebab terjadinya Alih
Kode ialah , penutur, lawan tutur, perubahan situasi (hadirnya orang ketiga) ,
perubahan dari formal ke informal/ sebaliknya, dan perubahan topik pembicaraan
. Kemudian penyebab terjadinya Campur Kode ialah sikap (attitudinal type) dan kebahasaan (linguistik type) .
B.
Saran
Sebaiknya dalam suatu belajar mengajar dilaksanakan ,
seharusnya Dosen Bahasa Inggris menggunakan bahasa yang formal . Karena didalam
suatu pengajaran yang dilakukan di sebuah lembaga , termasuk formal. Agar
sipendengar yang mendengarkan pun akan
mengerti dengan apa yang dibicarakan . Supaya tidak terjadi suatu perubahan
bahasa satu ke bahasa yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Appel, Rene, Gerad Huber, dan Guus Maijer. 1976 . Sosiolinguistik. Utrech – Antwerpen : Het Spectrum
Hymes, Dell (Ed.) 1954. Language in
Culture and Society. New York : Harper and Row .
Thelander,
Mats. 1976. “Code-Switching and Code-Mixing?” dalam International Journal of The Sociology of Language 10: 103 -124.
0 komentar:
Posting Komentar