IKIP PGRI Pontianak Jl.Ampera No.88

Tempat kami menimba ilmu pengetahuan

A Sore.Bahasa dan Sastra Indonesia

Terima kasih Tuhan,kami boleh belajar di IKIP PGRI Pontianak

A Sore

Bahasa dan Sastra Indonesia

HMBSI

Himpunan Bahasa dan Sastra Indonesia

MANTAB

Kampus Pelangi

Jumat, 28 November 2014

Fungsi Bahasa dalam Masyarakat di oplet dan di bengkel




Kata Pengantar

Puji serta syukur kami hantarkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Fungsi Bahasa di masyarakat  “. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Dosen mata kuliah Sosiolingustik
 Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Fungsi Bahasa di Masyarakat”yang  saya  sajikan berdasarkan pengamatan atau penelitian dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Fungsi Bahasa di Masyarakat ” Dimana bahasa sangat berperan penting sebagai alat komunikasi manusia antar manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.Walaupun makalah ini masi banyak kekurangan tetapi makalah yang saya buat ini sangatlah penting bagi para pembaca yang dimana saya lansung melakukan observasi tentang “Fungsi Bahasa di Masyarakat”
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru bahasa Indonesia khusus nya pelajaran Sosiolingustik  yang  telah  membimbing  penyusun  agar  dapat  mengerti tentang  bagaimana cara menyusun makalah dan melakukan observasi tentang fungsi bahasa di Masyarakat.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.



BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Masyarakat aneka bahasa atau masyarakat multiguna adalah masyarakat yang mempunyai beberapa bahasa. Masyarakat demikian terjadi karena beberapa etnik ikut membentuk masyarakat, sehingga dari segi etnik bisa dikatakan sebagai masyarakat majemuk. Demikian pula masyarakat ini sekarang mengejala didunia, menjadi universal. Kebanyakan bangsa didunia memiliki lebih dari satu bahasa yang digunakan sebagai bahasa ibu dalam wilayah yang dihuni bangsa itu, bahkan bangsa Indonesia mempunyai lebih dari 500 bahasa. Kita lebih muda mencari Negara yang memiliki banyak bahasa dari pada Negara yang ekabahasa (monolingual nation) dan sulit mencari Negara yang benar-benar ekabahasa. Dalam hal ini kita sering salah duga misalnya pandangan kita tentang bangsa-bangsa di Eropa. Kita sering menyatakan Negara prancis milik bangsa prancis dan bahasanya adalah prancis karna itu kita menyangka prancis itu ekabahasa ini pasti tidak benar.
Hampir semua Negara di Eropa mempunyai kelompok minoritas bahasa (Lingustic Minority) yaiutu sekelompok penutur yang mempunyai satu ragam bahasa asli bukan bahasa resmi, yang tidak didoinan atau menjadi guyup dinegara ditempat mereka tinggal minoritas ini kadang-kadang lebih dari satu kadang-kadang jumlah nya kecil tetapi tidak jarang jumlahnya besar juga.
Jika jumlah minoritas itu relatif besar ada kemungkinan dinegara itu muncul lebih sebuah bahasan resmi.
Melalui bahasalah, manusia dibedakan darimakhluk lain di dunia ini. Dengan bahasalah, manusia mampu berpikir danbernalar. Pikiran dan penalaran yang dilakukan akan mengarahkan pada semuatindakan, perilaku, dan perbuatan manusia, sehingga tindakannya dapat dikontrol dan dikendalikan. Dengan bahasa pulalah manusia dapat berkomunikasi satu
dengan yang lain sehingga terbentuk masyarakat bahasa
Komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat bahasa merupakan tempat atau media untuk mengungkapkan ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Dengan demikian, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan atau maksud pembicara kepada pendengar. Peristiwa komunikasi yang berlangsung antara pembicara kepada pendengar merupakan suatu   peristiwa yang sangat majemuk. Komunikasi secara sederhana dapat diartikan sebagai peristiwa penyampaian pesan dari pembicara (pengirim pesan) kepada pendengar (penerima pesan). Agar pesan tersebut sampai kepada pendengar, seorang pembicara harus menggunakan bahasa yang juga dipahami oleh pendengar. Ketika seorang pembicara menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh komunikan maka pesan yang disampaikan oleh pembicara tidak akan sampai pada pendengar.
Dalam hal ini bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting. Begitu pentingnya bahasa sehingga kajian tentang bahasa yang dihubungkan dengan   faktor sosial merupakan suatu kajian yang sangat menarik. Hal ini disebabkan oleh luasnya objek penelitian yang menarik dan dapat terus dikaji.
 Sosiolinguistik mencakupi bidang kajian yang sangat luas, tidak hanya menyangkut wujud formal bahasa dan variasinya, namun juga penggunaan bahasa Biasanya dalam komunikasi, penutur memilih bahasa yang komunikatif agar tujuan komunikasi dapat tercapai seperti yang dikehendaki. Mengingat masyarakat bahasa dalam hal ini masyarakat Pontianak merupakan penutur yang multikultural, atau dalam arti lain termasuk dalam masyarakat yang heterogen, karena status sosial, latar pendidikan, pekerjaan, umur dan sebagainya yang sangat bervariasi sehingga dalam komunikasi atau pertuturan sering melakukan alih kode dan campur kode. Hal ini sangat beralasan mengingat proses pengaruhmempengaruhi di antara bahasa yang digunakan secara berdampingan olehpenutur bahasa multikultur. Kontak bahasa yang digunakan oleh para penutur.
tersebut akan menimbulkan variasi-variasi bahasa baru.Penelitian ini memfokuskan pada pemakaian bahasa masyarakat Pontianakdiberbagai ranah atau konteks. Penelitian ini mengamati dan mendeskripsikanvariasi-variasi bahasa yang muncul dari pemakaian bahasa untuk berkomunikasi,serta ragam alih dan campur kode di dalam pemakaian bahasa tersebut.
B.Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, masalah umum dalam penelitian ini, ”Bagaimanakah bentuk Fungsi bahasa di masyarakat” Masalah umum tersebut dibatasi menjadi submasalah
sebagai berikut.
1.      Bagaimana Fungsi Bahasa di masyarakat ?
2.      Bagaimana Hasil Penelitian nya ?

C.Tujuan Penelitian

 Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian sebagai
berikut.
1.      Pendeskripsian tentang fungsi bahasa di masyarakat.
2.      2.Mengetahui Hasil Penelitian.

D. Manfaat Penelitian
1.      Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
2.      Pendeskripsian tentang fungsi  bahasa di masyarakat bahasa apa saja yang di gunakan di dalam masyarakat.
3.      Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya pembinaan dan
             pengembangan bahasa Indonesi.
BAB II
KAJIAN TEORI

A.Fungsi Bahasa di masyarakat
            Hubungan masyarakat dan bahasa sangat erat seperti api dan asap, tidak mungkin ada bahasa kalau tidak ada masyarakat dan begitu pula sebaliknya. Oleh sebab itu penggunaan bahasa tertentu tergantung dari kebudayaan masyarakat tersebut semakin masyarakat itu berbudaya maka semakin komplek bahasa yang digunakan. Dalam kajian bahasa arab, masyarakat badui dijadikan sebagai refrensi bahasa oleh para lingwis arab. Karna mereka berasumsi bahwa masyarakat badui jauh dari peradaban sehingga bahas yang mereka gunakan masih sangat sederhana dan mudah dipahami pemakaian bahasa pada masyarakat selalu di pengaruhi factor-faktor berikut seperti : factor sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan fakor situsional seperti siapa yang berbicara, dengan bahasa apa dia berbicara, kapan dan dimana menggenai masalah apa (maryono: 1998) dan fakto-faktor itu semua merupakan lahan kajian dari sosiolinguistik.
Bahasa dalam kajian sosiolinguistik tidak dipandang sebagai bahasa itu sendiri tetapi lebih kepada bahasa sebagai alat komunikasi sosisal, dengan kata lain bahasa secara sosiolinguistik dipandang sebagai system sosial dan system komunikasi serta bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu secara garis besar fungsi bahasa dalam masyarakat adalah sebagai gejalan sosial, system sosial, identitas sosial dan sebagai lembaga keasyarakatan. Dibawah ini akan dijelaskan secara ringkas keempat faktor tersebut :
1.      Bahasa sebagai gejalah sosial
Dalam masyarakat, seorang tidak dianggap individu melaikan bagian dari masyarakat tertentu dengan kata lain bahasa tidak dianggap sebagai gejalah individu tetapi merupakan gejalah sosial. Sehingga Chomsky mengatakan dalam berbahasa ada yang disebut dengan kopetensi dan performasi. Kopetensi adalah kemampuan yang dimiliki pemakaian bahasa mengenai bahasnya, sedangkan performasi adalah perbuata atau pemakaian bahasa dalam keadaan sebenarnya dalam masyarakat.

1.      Bahasa sebagai lembaga kemasyarakatan
 Sosiolinguistik membicarakan hubungan pengunaan bahasa dengan masyarakat, hubungan yang dibicarakan adalah hubungan antar bentuk bahasa tertentu yang disebut fariasi, ragam atau dialek. Selain bahasa mempunyai hubungan erat dengan penggunaanya bahasa jga mempunyai hubungan dengan tingkat sosial dalam masyarakat Chaer (1995: 51)
2.      Bahasa sebagai identitas sosial
Identitas sosial dapat dilihat dari bahasa yang digunakanya, apakah yang berbicara mempunyai hubngan kerabat dengan lawan bicaranya atau sebagai atasa atau sebagai teman. Karna semua itu akan mempengaruhi fariasi bahasa oleh seorang pentur bahasa. Penggunaan bahasa untuk orang tua akan berbeda dengan pengguanaan bahasa untuk orang lain, dalam kontek orang lain pun akan sangat berbeda apakah lawan bicara itu lebih mudah atau lebih tua, pengunaan fariasi ini akan terlihat jelas dalam pengunaan bahasa jawa dan Madura

3.      Bahasa sebagai sistem sosial
Bahasa bukan hanya sebagai tanda,  tetapi bahasa pertama-tama dipandang sebagai sistem sosial dan sistem komukasi dan juga merupakan kebudayaan dari masyarakat tertentu. Bahasa sebagai sitem sosial berarti bahasa dapat dijadikan sebagai pranata sosial untuk mengorganisasi interaksimasyarakatnya.
Bahasa merupakan bagian dari suatu kebudayaan, maksudnya ialah bahwa persepsi masyarakat  terhadap kategori-kategori akan diwujudkan dalam bentuk bahasa.
fungsi bahasa :
1. Bahasa sebagai alat komunikasi
Melalui Bahasa, manusia dapat berhubungan dan berinteraksi dengan alam sekitarnya, terutama sesama manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dapat memikirkan, mengelola dan memberdayakan segala potensi untuk kepentingan kehidupan umat manusia menuju kesejahteraan adil dan makmur. Manusia dalam berkomunikasi tentu harus memperhatikan dan menerapkan berbagai etika sehingga terwujud masyarakat yang madani selamat dunia dan akhirat. Bahasa sebagai alat komunikasi berpotensi untuk dijadikan sebagai sarana untuk mencapai suatu keberhasilan dan kesuksesan hidup manusia, baik sebagai insan akademis maupun sebagai warga masyarakat. Penggunaan bahasa yang tepat menjadikan seseorang dalam memperlancar segala urusan. Melalui bahasa yang baik, maka lawan komunikasi dapat memberikan respon yang positif. Akhirnya, dapat dipahami apa maksud dan tujuannya.
2. Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri
Sebagai alat ekspresi diri, bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang, baik berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan keinginan yang dimilikinya. Begitu juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan diri seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi.



Mengetahui Fungsi Bahasa Secara Khusus :
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia secara umum
Istilah kedudukan dan fungsi tentunya sering kita dengar, bahkan pernah kita pakai. Misalnya dalam kalimat “Bagaimana kedudukan dia sekarang?”, “Apa fungsi baut yang Saudara pasang pada mesin ini?”, dan sebagainya. Kalau kita pernah memakai kedua istilah itu tentunya secara tersirat kita sudah mengerti maknanya. Hal ini terbukti bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu. Kalau demikian halnya, apa sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa? Samakah dengan pengertian yang pernah kita pakai?
Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara terlisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari- hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.

BAB III
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data ( Hasil Rekaman )
Rekaman 1
1.      Waktu                         : 10.00
2.      Tanggal           : 7 OKTOBER 2014
3.      Tempat            : di dalam sebuah oplet
4.      Topik               : Seorang anak yang menangis di dalam oplet
Percakapan antara ibu anak & penumpang oplet
Penumpang. :  Putra kok ibu menangis ?
Ibu si anak : amarga padha ora tuku mainan.
 Penumpang : kok ora tuku mainan ibu ?
Ibu :aku ora duwe dhuwit kanggo pindhah undangan, mainan rega luwih larang tinimbang dhuwit aku nggawa.
Penumpang :y awes ora usah nangis eneh ( bapak sambil mengelus pundak anak itu )



Hari, tanggal : 7 Oktober 2014
Tempat          : Oplet jurusan Tuntang salatiga
KONTEKS
Penumpang yang sedang ngobrol & bertanya kepada ibu si anak mengapa anak ibu itu menangis.
DATA
Penumpang. :  Putra kok ibu menangis ?
Ibu si anak : amarga padha ora tuku mainan.
Penumpang :y awes ora usah nangis eneh ( bapak sambil mengelus pundak anak itu )
Analisis
1.      Tuturan diatas enak didengar dan penggunaan bahasa sedikit sopan
2.      Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan atau perilaku


Pembahasan
Saat  si ibu dari anak itu jengkel karena anak nya tidak berhenti menangis penumpang di dalam oplet menanyakan kepada si ibu kenapa anaknya menangis penumpang tersebut membujuk anak ibu itu yang sedang menangis karena tidak di belikan mainan. Tuturan antara penumpang dan ibu  tersebut tidak melanggar maksim kecocokan atau norma kesopanan, karena dalam komunikasi nya sang penumpang tidak menggunakan bahasa atau kata-kata yang kotor atau pun kasar dalam mencari perhatian terhadap calon penumpang seperti biasanya yang banyak kita dengarkan.
Tuturan penumpang di atas dikategorikan tuturan yang sopan meskipun menggunakan bahasa daerah setempat yaitu bahasa jawa tapi jika diteliti bahasa yang digunakan nya masih dikategorikan tuturan atau bahasa yang santun.

Rekaman 2
1.      Waktu : 08.30
2.      Tanggal : 21 Oktober 2014
3.      Tempat : Di bengkel motor
4.      Topik : Tentang Plantikan Presiden Jokowi.

Obrolan mengenai salah satu pelanggan bengkel dan tukang bengkel
Yati : Oh bang  nonto ndak pelantikan jokowi di tv ?
Supri : Ya engko nonton lah ramih ongkuh
Yati : kalau kamek di Jakarta mau kamek nonton nye tu bang eh.
Supri: adoh pasti lema taon sekali mon tak ramai demaklah jokowi jeh keren,genteng semuenyelah. Dari rakyat kenik, sampai rakyat rajah milih jokowi kapih mon tak pilih jokowi pokonye salam due jari.
 (dalam rekaman ke 00:33)


Hari, tanggal : 21Oktober 2014
Tempat          :  Di bengkel motor
KONTEKS
Membicarakan Tentang Plantikan Presiden Jokowi
DATA
Pelanggan : kalau kamek di Jakarta mau kamek nonton nye tu bang eh.
Tukang bengkel : adoh pasti lema taon sekali mon tak ramai demaklah jokowi jeh keren,genteng semuenyelah. Dari rakyat kenik, sampai rakyat rajah milih jokowi kapih mon tak pilih jokowi pokonye salam due jari.

ANALISIS
1.      Tuturan diatas bicara dengan penuh kesopanan serta memperhatikan kaidah bahasa
2.      Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan yang mengagumi sosok Presiden Jokowi
3.      Tuturan ini termasuk kedalam prinsip kesopanan

Pembahasan
Pelanggan dan tukang bengkel (masyarakat) menyampaikan tutur kata tentang kekaguman nya dengan Presiden Jokowi.Bahasa yang di uacapkan nya sangat sopan. Penutur bahasa yang di ucapkan adalah bahasa Madura dan bahasa melayu. Yakni pelanggan  mengucapkan nya dengan bahasa melayu dan tukang bengkel tersebut mengucapkan nya dengan bahasa Madura. Namun bahasa yang iya gunakan sangat lah sopan dan baik enak di dengar.


BAB  V
A.    Simpulan
Bahwa fungsi bahasa di masyarakat ini sangatlah penting bahasa merupakan alat komunikasi sosial yang berupa sistem symbol bunyi yang dihasilkan dan digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana untuk berinteraksi dengan manusia lain nya di masyarakat. Untuk kepentingan interaksi sosial itu, maka dibutuhkan suatu wahana komunikasi yang disebut bahasa. Setiap masyarakat tentunya memiliki bahasa tentunya masyarakat yang tidak memiliki bahasa pasti akan lumpuh bhasa merupakan salah satu alat untuk menunjukan identitas diri atau alat untuk mengekpresikan diri karena dengan bahasa kita dapat menunjukan sudut pandang pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan Negara kita. Bahasa merupakan cerminan diri kita.
B.     Saran
Penelitian ini dilakukan di lingkungan masyarakat.Hasil dari penelitian ini tentang fungsi bahasa di masyarakat di saran kan bahwa penelitian ini benar-benar di lakukan tampa ada rekayasa sehingga kita dapat mengerti atau mengetahui apa topic yang sedang di bicarakan. Menggunakan bahasa apa saja. Demikian lah penelitian dan makalah ini saya buat semoga dapat berguna bagi pembaca.

 

Daftar Pusaka
Ditmarr, N.(1976). Sociolinguistics: A Critical Survey of Theoty and Application. London: Edward Arnold Ltd.
Criper, C dan H.G. Widdowson.(1987). “Sosiolinguistics and Language Teaching” dalam Pateda 1987.

Analisis Tindak Bahasa Campur Kode Yang Terjadi Di Kelas Bahasa Inggris IKIP PGRI



KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan penelitian ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penelitian ini membahas tentang alih kode campur kode yang terjadi di       kelas bahasa inggris mahasiswa ikip pgri ptk.
Penelitian ini dibuat dengan berbagai observasi yang kreatif untuk menemukan hal-hal campur kode dalam sebuah komunikasi dan menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan penelitian ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya ke pada Tuhan Yang Maha Esa.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada penelitian ini. Oleh karena itu saya mengharapkan pembaca memberikan saran serta kritik yang dapat membangun. Kritik konstruktur dari pembaca sangat saya harapkan untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya.Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan mamfaat bagi kita sekalian.




BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dalam berkomunikasi memegang peranan yang penting dalam berbagai ranah, seperti pemerintahan, keluarga, agama, etnik, pendidikan dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa Indonesia merupakan sehari-hari dalam proses berkomunikasi. Bahasa menjadi media yang digunakan oleh masyarakat dalam berbagai macam tindak komunikasi. Melalui bahasa, masyarakat atau seseorang dapat memahami apa yang disampaikan dan apa yang didengar. Melalui bahasa pula, seseorang dapat saling memahami sebuah tindak komunikasi antar pengguna bahasa. Demikian pentingnya bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dalam berkomunikasi sehingga perlu dipertahankan eksistensinya dalam berbagai kultur masyarakat.
Eksistensi penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dalam tindak komunikasi memang perlu dipertahankan. Namun ada beberapa hal yang harus kita ingat bahwa berdasarkan aspek linguistik, “masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang bilingual (dwibahasa) yang menguasai lebih dari satu bahasa, yaitu bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing” (Nababan, 1989:27). Masyarakat yang dwibahasa akan mengalami kontak bahasa sehingga melahirkan campur kode. Nababan (1989:28) memaparkan bahwa “campur kode adalah pencampuran dua (lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam satu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa”. Penguasaan dua bahasa atau lebih dapat mempermudah seseorang dalam tindak komunikasi, misalnya saja pada objek kajian yang diambil dari penelitian antara komunikasi dua arah yang menggunakan bahasa yang yang sama.
B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai beriku;
1.      Bagaimana bentuk tindak bahasa Campur Kode antara komunikasa dua arah dan dihadiri orang ke tiga sehingga tejadi alih kode campur kode di kelas bahasa ingris?
2.      Apa yang menyebabkan terjadinya tindak bahasa Campur kode di antara komunikasi  yang terjadi dikelas bahasa ingris tersebut ?
C.    TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka peneliti memaparkan beberapa tujuan, diantaranya:
1.      Untuk mengetahui penyebab terjadinya tindak bahasa Campur kode antara komunikasi dua arah yang terjadi di kelas bahasa ingris.
2.      Untuk mendeskripsikan bentuk tindak bahasa Campur Kode  antara komunikasi dua arah yang terjadi dikelas bahasa ingris?
 D.    MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut;
1.      Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini adalah dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan teori sosiolingustik, khususnya mengenai campur kode dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sarana untuk memahami kultur bahasa yang beragam dan bentuk campur kode yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, sebagai masukan dan pertimbangan dalam penelitian lain yang menggunakan kajian sosiolinguistik.



BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Kedwibahasaan
1.      Pengertian Kedwibahasaan
Kedwibahasaan merupakan suatu kenyataan yang dihadapi oleh hampir semua Negara di dunia termasuk Indonesia. Timbulnya kedwibahasaan di Indonesia disebabkan oleh adanya berbagai suku bangsa dengan bahasanya masing-masing serta adanya keharusan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Selain itu, keterlibatan dengan negara lain yang memiliki bahasa yang berbeda juga merupakan fakta yang menyebabkan timbulnya kedwibahasaan. Teori kedwibahasaan sangat terkait dengan campur kode, karena campur kode merupakan aspek kedwibahasaan. Selain itu, subjek yang diteliti merupakan masyarakat kedwibahasaan yang cenderung melakukan campur kode. Berikut pendapat beberapa ahli sehubungan dengan kedwibahasaan.
Weinreich (dalam Suwito, 1983:39) mengatakan memberikan pendapat
mengenai definisi kedwibahasaan yaitu; Apabila dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh penutur yang sama, maka dapat dikatakan bahwa bahasa-bahasa tersebut dalam keadaan saling kontak”. Jadi, kontak bahasa terjadi dalam diri penutur secara individual. Individu-individu tempat terjadinya kontak bahasa disebut dwibahasawan. Peristiwa pemakaian dua bahasa (lebih) secara bergantian oleh seorang penutur disebut kedwibahasaan.
Sementara itu, Sumarsono (2008:195) menyebutkan “kedwibahasaan (bilingualisme) mengacu pada penguasaan H dan L yang ada dalam masyarakat”. Apabila bahasa adalah milik kelompok, maka kedwibahasaan adalah milik individu (Baikoeni, 2007). Penggunaan dua bahasa oleh seseorang seolah-olah menunjukkan, bahwa pada dirinya terdapat dua masyarakat bahasa yang berbeda. Jadi, ia tidak menunjukkan adanya masyarakat dwibahasawan. Masyarakat dwibahasawan dapat dipandang sebagai kumpulan individu yang dwibahasawan.
Pengertian serupa mengenai kedwibahasaan juga dikatakan oleh Jendra dan Fishman. Jendra (1991:85) memaparkan bahwa “dalam pengertian kedwibahasaan itu seseorang tidak perlu menguasai bahasa kedau (B-2) itu semahir bahasa pertama (B-1) walaupun hanya tahu beberapa kata atau kurang begitu fasih”. Sementara itu, Fishman (dalam Keriana, 2004:14). mengatakan “hal yang paling mendasar dalam kedwibahasaan adalah kedwibahasaan masyarakat karena merupakan pemakaian dua bahasa atau lebih oleh masyarakat bahasa”.


B.      Campur Kode
1.      Pengertian Campur Code Menurut Para Ahli
Pembahasan mengenai campur kode dimulai dari pendapat beberapa ahli. Pendapat beberapa ahli tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut. Kachru (dalam Suwito, 1983:76) memberikan definisi bahwa “campur kode merupakan pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten”. Sementara itu, Sumarsono (2002:202-203) menyatakan bahwa “campur kode terjadi apabila penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang memakai bahasa tertentu”. Misalnya, ketika berbahasa Indonesia, seseorang memasukan unsur bahasa sumbawa.
Nababan (1992) memaparkan pengertian tentang campur kode sebagai pencampuran dua bahasa atau lebih dalam suatu tindak bahasa tanpa ada situasi yang menuntut pencampuran itu. Ditambahkan pula, percampuran bahasa tersebut disebabkan oleh kesantaian atau kebiasaan yang dimiliki oleh pembicara dan biasanya terjadi dalam situasi informal. Sejalan dengan pendapat Nababan, Jendra (1991) menyatakan bahwa campur kode tidak dituntut oleh situasi dan konteks pembicaraan tetapi lebih ditentukan oleh pokok pembicaraan pada saat itu. Campur kode disebabkan oleh kesantaian dan kebiasaan pemakai bahasa dan pada umumnya terjadi dalam situasi informal. Selanjutnya dikatakan bahwa campur kode terjadi di bawah tataran klausa dan unsur sisipannya telah menyatu dengan bahasa yang disisipi. Selanjutnya Jendra (1991:123) menambahkan bahwa “seseorang yang bercampur kode mempunyai latar belakang tertentu, yaitu adanya kontak bahasa dan saling ketergantungan bahasa (Language dependency), serta ada unsur bahasa lain dalam suatu bahasa namun, unsur bahasa lain mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda”. Lebih lanjut Jendra (1991) memberikan ciri-ciri campur kode yaitu sebagai berikut;
a)      Campur kode tidak dituntut oleh situasi dan konteks pembicaraan seperti dalam gejala alih kode, tetapi bergantung kepada pembicaraan (fungsi bahasa).
b)      Campur kode terjadi karena kesantaian pembicara dan kebiasaanya dalam pemakaian bahasa.
c)      Campur kode pada umumnya terjadi dalam situasi tidak resmi (informal).
d)     Campur kode berciri pada ruang lingkup klausa pada tingkat tataran yang paling tinggi dan kata pada tataran yang paling terendah.
e)      Unsur bahasa sisipan dalam peristiwa campur kode tidak lagi mendukung fungsi bahasa secara mandiri tetapi sudah menyatu dengan bahasa yang sudah disisipi.
Dari beberapa pendapat dan pandangan para ahli mengenai campur kode dapat disimpulkan bahwa campur kode merupakan peristiwa penggunaan bahasa atau unsur bahasa lain ke dalam suatu bahasa atau peristiwa pencampuran bahasa. Peristiwa campur kode dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari pada saat melakukan interaksi. Terjadinya campur kode biasanya disebabkan oleh tidak adanya padanan kata dalam bahasa yang digunakan untuk menyatakan suatu maksud. Sesuai dengan kesimpulan di atas, keterkaitan teori campur kode dengan penelitian ini terletak dalam hal, bahwa penelitian ini mencakup campur kode bahasa Indonesia yg tidak disengajai dalam kelas bahasa inggris.



BAB III
METODE PENELITIAN
1.   Metode Analisis Data

1. Penelitian 1
NAMA
                             BAHASA INGGRIS
        BAHASA INDONESIA
SUSAN
Hello, pahmi
Hallo, pahmi
PAHMI
Hello, susan, good morning
Hallo, susan, selamat pagi
SUSAN
Morning, how are you
Pagi, apa kabar
PAHMI
Fine thanks, and you ?
Baik-baik saja, terima kasih dan kamu ?
SUSAN
Fine, how is ninik ?
Baik,  bagaimana kabar ninik ?
PAHMII
She’s very well, thank you.
Dia baik-baik saja, terima kasih.
SUSA
Where are you going ?
Anda hendak kemana ?
PAHMI
I’m going home. What about you ?
Saya mau pulang dan anda
SUSAN
I’m gong home.
Saya juga mau pulang.
PAHMI
See you tomorrow, Susan.
Sampai bertemu besok, susan
SUSAN
Good-bye pahmi.
Selamat jalan, pahmi.

A.      Analisis penelitian 1
                   Percakapan di atas merupakan contoh tindak bahasa alih kode campur kode, yang dilakukan oleh dua orang dan orang ke tiga. Komunikasi tersebut dilakukan pada hari kamis 16 Oktober 2014 yang terjadi dalam kelas sore bahasa inggris smester III. Banyak sekali campur kode yang terjadi dalam percakapan tersebut dalam hal yang disengajai maupun yang tidak disengajai. Karena campur kode banyak tejadi dikalangan masyarakat sekitar yang tanpa disengajai dari pihak yang bersangkutan.

2.  Penelitian II
Ani : good afternoon sila
Sila : good afternoon ani
Ani : how are you
Sila : baikk-baik saja ni’ kau ape gak kabar ni ?
Ani : haha baek-baek juga ni sil.

A.  Analisis penelitian II
Percakapan ani, dan sila terjadi di kelas bahasa ingris ikip pgri Pontianak.  Pada tanggal 7 Oktober 2014 pada jam 10:00. Campur kode dan perlhan kode ini tejadi karena ada campuran dan pegaulan bahasa, pergaulan bahasa maksudnya bahasa yang digabung-gabung yang diicamur-camur antara bahasa Indonesia dengan bahasa melayu.



3.      Penelitian III
Juli : Rusdi boleh aku memperkenal kan hilman ?
Rusdi : how do you do hilman ? I’m very glad to meet you.
Hilman : how do you do, rusdi ? I’m very glad to meet you to.
A.    Analisis penelitian III
        Pecakapan di’atas sama menyangkut dengan penelitan satu dan penelitian dua yang bagaimana sama-sama ada campuran kode dan peralhan kode. Percakapan ini terjadi pada tanggal 18 Oktobe 2014 jam 11:00 .




BAB IV
PENUTUP


A.      SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat di ambil kesimpulan, bahwa kegiatan tindak bahasa alih kode campur kode dilakukan oleh masyarakat hampir setiap hari, bahkan dalam setiap aktifitas dalam kehidupan sehariu-hari, sehingga dapat dikatakan bawha alih kode campur kode tergolong bahasa sehari-hari, selain itu jika dilihat dari factor penyebab terjadinya alih kode campur kode, yakni ada beberapa faktor penyabab, diantaranya; 1) Faktor peran, 2) Faktor ragam, 3) Faktor Penutur, 4) Faktor Bahasa. Kemudian jika dihubungkan dengan ciri-ciri campur kode yakni; 1) Campur kode terjadi karena kesantaian pembicara dan kebiasaanya dalam pemakaian bahasa. 2) Campur kode pada umumnya terjadi dalam situasi tidak resmi (informal). 3)Campur kode berciri pada ruang lingkup klausa pada tingkat tataran yang paling tinggi dan kata pada tataran yang paling terendah. 4) Unsur bahasa sisipan dalam peristiwa campur kode tidak lagi mendukung fungsi bahasa secara mandiri tetapi sudah menyatu dengan bahasa yang sudah disisipi.

B.     SARAN
    Semoga penelitia ini dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan pembaca lainnya., bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran  yang membangun sangat saya harapkan dari pembaca.



DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta:Rineka Cipta






Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More