KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, Karunia-Nya. Yang telah dilimpahkan kepada saya, sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah hasil dari penelitian saya yang berjudul “ ALIH
KODE DALAM SURAT KABAR DIKANTOR POST PONTIANAK “ Makalah hasil penelitian ini
disusun guna memenuhi tugas dari Dosen mata kuliah Sosiolinguistik.
Terimakasih saya ucapkan kepada bapak AL
Ashandi Alimin M.Pd. selaku pengampuh mata kuliah sosiolinguistik yang
memberikan tugas ini ,sehingga saya dapat melakukan penelitian ini berjalan
dengan lancar , dan dapat mengetahui lebih dalam tenteng Sosiolinguistik ini .
Dalam
penyusunan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan- kekurangan baik
dari teknis penulisan maupun materi,mengigat akan kemampuan yang dimiliki
penyusun. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat saya harapkan demi penyempurnaan penyusunan dalam makalah ini.
Pontianak,
10 Oktober 2014
Margaretha Supiani
BAB
I
PENDAHULUAN
I.I .Latar Belakang
Manusia
sebagai makhluk tertinggi dikaruniai akal, mempunyai alat komunikasi yang
disebut bahasa. Manusia berinteraksi dan mencirikan dirinya dalam beradaptasi
terhadap lingkungannya dengan bahasa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Kridalaksana (dalam Aminuddin, 2003: 28) yang menyatakan bahwa bahasa adalah
sistem lambang arbitrer yang dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerjasama,
berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Hal ini membuktikan bahwa bahasa dan
masyarakat merupakan suatu jalinan yang tidak terpisahkan sebab setiap kegiatan
manusia pasti memerlukan alat berupa bahasa.
Bahasa
dalam Surat kabar merupakan alat
komunikasi yang efektif antar manusia. Dalam berbagai macam situasi, bahasa
dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicara kepada pendengar atau
penulis kepada pembaca. Tentu saja, pada tiap-tiap situasi komunikasi yang
dihadapi dipilih salah satu dari sejumlah variasi pemakaian bahasa. Setiap
situasi memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa yang akan digunakannya.
Faktor pembicara, pendengar. pokok pembicaraan, tempat dan suasana pembicaraan
berpengaruh pada seseorang dalam memilih variasi bahasa. Istilah yang digunakan
untuk menunjuk salah satu dari sekian variasi pemakaian bahasa disebut ragam
bahasa (Sugihastuti, 2000: 8).
Seseorang
tidak dipandang sebagai individu yang terpisah dari individu lain. Ia merupakan
anggota dari kelompok sosial. Oleh karena itu itu, bahasa dan pemakaian bahasa
tidak diamati secara individu, tctapi dihubungkan dengan kegiatan di dalam
masyarakat. Dengan kata lain, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala
individu tetapi juga merupakan gejala sosial.
Sebagai
gejala sosial, bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh
faktor-faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik, salah
satunya adalah faktor sosial. Faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa
antara lain: status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis
kelamin, dan sebagainya. Pemakaian bahasa juga dipengaruhi oleh faktor
situasional, yaitu siapa yang berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa,
kapan, di mana dan mengenai masalah apa yang dibicarakan.
Setiap
penutur tidak pernah setia pada satu ragam tertentu dalam berkomunikasi.
Penutur memiliki kecenderungan untuk mempergunakan dua bahasa atau lebih secara
bergantian yang disesuaikan dengan fungsi dan situasi. Wujud variasi bahasa
antara lain idiolek, dialek, ragam bahasa, register, dan gaya bahasa. Kontak
bahasa yang terjadi akan mengakibatkan peristiwa kebahasaan antara lain alih
kode dan campur kode.
Peristiwa
alih kode dan campur kode dapat dijumpai dalam pemakaian Bahasa Indonesia, baik
lisan maupun tulisan. Alih kode dan campur kode dalam bahasa lisan dapat
dijumpai dalam percakapan sehari-hari diberbagai media baik dalam situasi
formal maupun nonformal. Secara tertulis dapat di.jumpai dalam pemakaian bahasa
di berbagai media.
Surat kabar merupakan salah satu
media yang digunakan untuk menyalurkan informasi kepada khalayak mengenai
hal-hal atau peristiwa yang terjadi di masyarakat. Dalam surat kabar biasanya
mencantumkan beberapa rubrik khusus sebagai salah satu usaha para redaktur
untuk meningkatkan kualitas dan daya tarik penggemarnya. Rubrik-rubrik yang
terdapat dalam surat kabar selain sarat dengan berita juga ada beberapa rubrik
mengenai dunia hiburan atau rubrik canda.
I.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana
cara membedakan alih kode dalam surat kabar ?
2. Bagaimana
peran surat kabar di masa yang akan datang?
3. Apa
yang di maksud dengan keraktetistik dari surat kabar?
I.3.Tujuan
Penelitian
1. Agar
mengetahui jenis-jenis dalam alih kode.
2. Untuk
mengetahui lebih jelas tentang alih kode dalam surat kabar.
3. Untuk
memperoleh wawasan dalam penelitian yang sedang di amati dalam berinteraksi
atau mengetahui logat Bahasa dalam alih kode, apa saja yang diucap masyarakat
dalam kantor post tersebut.
I.4.Manfaat
Penelitian
1.Manfaat Untuk Penulis
Dengan adanya penelitian
ini dapat memberikan pengalaman serta pengetahuan baikdikampus maupun di
lingkungan masyarakat sekitarnya.Seperti yang sudah saya kerjakan tugas
sosiolinguistik, yaitu penelitian yang berjudul “ ALIH KODE DALAM SURAT KABAR
DIKANTOR POST PONTIANAK.
2.Manfaat Untuk Pembaca
Untuk menambah wawasan dan
pengalaman,dalam berinteraksi atau melakukan komunikasi dalam bahasa,dan
mengetahui lebih dalam lagi tentang sosiolinguitik,judul penelitian ‘’ ALIH
KODE DALAM SURAT KABAR DIKANTOR POST PONTIANAK .
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Alih Kode
Alih kode (code switching) adalah
peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain. Misalnya penutur
menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa Jawa. Alih kode
merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa (languagedependency) dalam
masyarakat multilingual. Dalam masyarakat multilingual sangat sulit seorang
penutur mutlak hanya menggunakan satu bahasa. Dalam alih kode masing-masing
bahasa masih cenderung mengdukung fungsi masing-masing dan dan masing-masing
fungsi sesuai dengan konteksnya. Appel memberikan batasan alih kode sebagai
gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi.Suwito (1985) membagi alih
kode menjadi dua, yaitu
1. Alih kode ekstern, bila alih bahasa, seperti dari
bahasa Indonesia beralih ke bahasa Inggris atau sebaliknya dan
2. Alih kode intern, bila alih kode berupa alih varian,
seperti dari bahasa Jawa ngoko merubah ke krama.
B.Teori Dell Hymes
Mengenai Peristiwa Tutur
Oleh Diana Mayasari_12706251068
Bahasa yang berada di masyarakat digunakan
untuk berinteraksi satu. Manusia dapat menggunakan sarana lainnya selain bahasa
dalam komunikasinya, namun alat komunikasi yang baik sepertinya terletak pada
bahasa. Dalam komunikasi tersebut manusia saling bertukar pikiran, gagasan,
ide, informasi maka dalam setiap komuniaksi manusia melalui sebuah peristiwa
yang disebut denga peristiwa tutur. Dalam rangka untuk menggambarkan dan
menganalisis komunikasi tersebut Hymes membagi ke dalam tiga unit analisis,
meliputi situasi (situation),
peristiwa (event), dan tindak (act). Tindak tutur merupakan bagan dari
peristiwa tutur dan peristiwa tutur merupakan bagian dari situasi tutur. Oleh
karena itu tindak tutur dan peristiwa tutur memiliki hubungan yang sangat erat
terkait. Keduanya merupakan gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses
komunikasi. Peristiwa tutur lebih diliaht pada tujuan peristiwanya,
tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atai arti tindakan dalam
tuturannya. Sedangkan situasi tutur tidak murni komunikatif. Hal ini
dikarenakan situasi tutur bukanlah kajian wicara, tetapi dapat diacu oleh
wicara sebagai konteks. Dalam peristiwa tutur terdapat komponen tutur yang
dipaparkan Hymes sebagai penentu pemakaian ragam bahasa.Pada ulasan ini kita
akan menelaah lebih jauh mengenai komponen tutur yang memiliki kaitan dengan
sosiolinguistik mikro, yakni berkenaan dengan siapa berbicara dalam bahasa apa,
kepada siapa, tentang apa seperti ulasan berikut.
Komponen Tutur Dell Hymes
Hymes
sebagai mengemukakan komponen tutur dalam klasifikasi yang ia usulkan dalam
akronim SPEAKING, di mana setiap
huruf dalam akronim tersebut merupakan komponen-komponen yang harus ada dalam
komunikasi. Pada awal mulanya Hymes tidak mencetuskan teori tersebut dalam
sebuah akronim speaking, namun masih
berupa rincian-rincian yang terdiri dari 16 poin mengenai unsur dalam
pembicaraan. Kemudian Hymes melihat dari telaah psikologis bahwa ingatan
manusia hanya mampu mengingat dengan baik antara kisaran tujuh plus dua atau minus dua, sehingga keenam belas poin tersebut disederhanakan dalam
satu akronim yang dikenal dengan SPEAKING
(Miller, 1956 melalui Christina,
Paulston dan Tucker, 2003 :40-46) .
1. S: (situation), terdiri atas setting dan scene. setting menunjuk pada waktu, tempat dan keadaan fisik tuturan secara
keseluruan, Scene mengacu pada keadaan psikologis pembicaraan. Misalnya dari
situasi formal berubah menjadi informal.
2. P: (partisipants), mencakup penutur, petutur, pengirim dan penerima.
3. E: (ends), meliputi maksud atau tujuan dan
hasil.
4. A: (act sequence), terdiri atas bentuk pesan dan isi pesan
5. K: (key), mengacu
pada nada, cara, atau semangat penyampaian pesan
6. I: (instrumentalities),
menunjuk pada jalur bahasa yang
digunakan dalam pembicaraan seperti lisan, tulisan, melalui telegraf atau
telepon dan bentuk tuturan seperti
bahasa dan dialek, kode, fragam atau register seperti di Amerika dengan
menggunakan dialek bahasa Inggris untuk mengarah pada situasi atau fungsi
tertentu (seperti bahasa standar vs vernakular).
7. N:(norms), mengacu
pada aturan-aturan atau norma interaksi dan interpretasi. Norma interaksi
merupakan norma yang terjadi dalam cara menyampaikan pertanyaan, interupsi,
pernyatan, perintah dalam percakapan. Norma interpretasi, yakni penafsiran
norma oleh partisipan dalam tuturan.
8. G: (genres), mencakup
jenis bentuk penyampaian, seperti syair, sajak, mite, hikayat, doa, bahasa perkuliahan, perdagangan, ceramah,
surat edaran, tajuk rencana.
BAB 1II
HASIL PENELITIAN DAN Pembahasan
Sesuai dengan tujuan
penelitian ini maka pembahasan dibagi menjadi dua bagian. Secara lengkap
pembahasa tersebut sebagai berikut.
I .3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat
:Jl.Sultan Abdulrahman( Kantor Post Indonesia di Pontianak).
Waktu
:Kamis, 10 Oktober –11, Oktober 2014 ( 2 hari )
2.3 Penggunaan
Alih Kode
Penggunaan
alih kode pada masyarakat dalam sosialisasi bahasa di Pontianak dibagi
berdasarkan. Penggunaan alih kode tersebut dapat dilihat dari percakapan
berikut.
Percakapan 1
Tempat :Kantor
post
Waktu :
pagi (pukul 8.15 WIB)
Konteks :
Antrian dalam penerimaan atau mengirim barang.
Penutur :
a. Ika
(Lombok/Suku Bima)
b. Meri
sapam atau sekoriti (Lombok/Suku Bima)
c. Rahayu ( Lombok / Suku Bima )
d. Rina
(Banyumas/Suku Jawa)
e. Ita
(Banyumas/Suku Jawa)
f. Veby( Bayumas/ Suku jawa )
Ika dan Meri sedang melakukan pangilan atau malakukan
pangilan yang secara berantrian. Kemudian Rina yang berada di sebalah kanan kursi yang
berada tidak jauh dari kursi Ika, Meri,Rina, Ita ,Rahayu dan Vebi pun
melaksanakan pekerjaan meraka masing – masing dengan duduk dikusi,dan ada juga
meja,loket 1- 7 tampat untuk antrian, target dalam mengantar baik pun untuk
mengirim,masing- masing sudah di sediakan oleh post tersebut :
di atas antara ika, m,
Meri, dan pak sapam terjadi alih kode dari Bahasa Indonesia (BJ) ke Bahasa Jawa
(BJ/Banyumas) dan dari BI ke Bahasa Lombok. Antara ika (Lombok) dan meri (Banyumas)
awalnya bertutur dengan menggunakan bahasa Indonesia (nonformal/lisan) tentang
pengiriman surat maupun berupa barang .Kemudian rina (Banyumas) tiba-tiba di
samping pun melakukan antrian yang sudah disediakan sebelumnya.mulai bekerja
untuk sebuah antrian sesuai nomor yang sudah di ambil dari bapak sapam, dan meraka
bertanya dalam pengiriman nya dalam masalah atau mau membayar ansuran bapak
sapam nya bilang. Nanti sore datang lagi kira- kira jam satu atau jam dua
gituan ,menggunakan Bahasa sehari – hari (BI), kemudian saat berbicara dengan ika
beralih menggunakan Bahasa Jawa (Banyumasan). Saat antrian tiba-tiba ada seorang
ibu. Awalnya Bapak sapam bilang mau mengirim apa ibu…,menggunakan BI ketika
berbicara dengan Ibu tersebut, setelah berbicara dengan bapak sapam beralih
menggunakan Bahasa Lombok .Penggunaan alih kode dapat dilihat pada dialog di
atas dengan keterangan angka sebagai berikut.
Alih kode yang
dilakukan Nurul dapat dilihat pada percakapan nomor (4) BI, (6) BJ, dan (8)
BJ-BI. Alih kode yang dilakukan adalah dari BI ke BJ dan dari BJ ke BI.
Alih kode yang
dilakukan Meilan dapat dilihat pada percakapan nomor (5) BI dan (7) BJ. Alih
kode yang dilakukan adalah dari BI ke BJ.
Alih kode yang
dilakukan Indra dapat dilihat pada percakapan (11) BI-BL, (13) BL, dan (15) BL.
Alih kode yang dilakukan adalah dari BI ke BL.
Percakapan 1
Tempat :
ruang lantai bawah tempat pengiriman
barang
Waktu :
sore siang hari (± 11.32.00 WIB)
Konteks :
masalah dalam pembayaran asuransi
Penutur :
a. Bapak
sapam : (lombok / Bima )
b.
Masyarakat (banyumas /
Suku Jawa )
Hari kamis tanggal 10 pagi, jam
8.15 WIB di kantor post masih ada masalah banyak masyarakat yang datang ke
kantor post,namun mereka dengan sia-sia. Kata bapak sapam yang ada di dalam
ruangan, munkin nanti kira-kira jam 1 WIB ,tutupnya kantor post ,kata bapak
sapam kantor ini tutup jam 05
WIB .
Penggunaan
pada Alih Kode
Sapam:
“mau apa bu..,keperluanya!”
Seorang
ibu: “Bayar asuransi “
Sapam: “Lagi gangguan ni bu.., ngrim surat
pasti bisa bu, kalau mau bayar asuransi sekarang masih gangguan,munkin siang
kira- kira jam 1 WIB atau sore,kantor post tutupnya kira- kira jam 05 wib
gituan bu.”
Bapak
Sapam : ( lombok / Bima )
Masyarakat : ( Banyumas / Suku Jawa )
Sapam :
“Iya pak , mau ngambil apa pak?
Seorang
Bapak : “ Bayar asuransi
Sapam
: Ha....,kebetulan bayar asuransi lagi gangguan pak?
Seorang
Bapak :Iya kah...
Sapam
: Coba sore,..kita tutupnya jam 06 pak.
Masih
dalam penelitian lamtai bawah dengan orang yang berbada,yaitu :
Sapam
: Ibu ada perlu apa ..,perlu apa bu?
Seorang
ibu : Cap Post .
Sapam
: “Dari mana bu..
Seorang
ibu : dari penggadilan?”
Sapam:
Matrai,potokopy- an-nya ada bu...”.
Seorang
ibu : Ini ada tiga rangkap.
Sapam
: Jadi..,satukan tu bu... potokopy-an-nya nanti bu...,bilang aja bu.. mau
ngecap dengan bapak bayhaki didalam itu bu....,ketemu ngadap.
Seorang
Ibu : Disebelah mana iya?
Sapam
: Samping masih daerah sini bu.
Sama dengan yang di atas tapi beda orangnya :
Sapam
: Oh..mbak,..mau ngapa Mbak?
Mbak
: Mau cek barang
Sapam
: Dari mana?
Mbak
: Kendiri
Sapam
: Ada nomor telpon?
Mbak
: “Ndak kan gini banggg…tadinya tu kan online,tidak terkirim”.
Sapam
: “Coba gini..nomor pin-nya ada?
Mbak:
“Ada…..”.
Sapam
: “Udah dicek di internet…belom?
Mbak
: “belom bang.”
Sapam
:Coba di cek dengan Mbak Dita disitu.
Mbak
: “Makasih iya..?”
Sapam
: oh….iya…iya sama- sama jeng.
Berdasarkan kedua
percakapan di atas dapat diketahui bahwa penggunaan alih kode terjadi pada
umumnya jika bertemu atau berdialog dengan sesama suku atau berasal dari daerah
yang sama.
Hal ini karena pegawai post dihuni dari berbagai suku atau
daerah yang berbeda, sehingga dalam berkomunikasi atau bersosialisasi
menggunakan Bahasa Indonesia (BI) agar tidak terjadi salah paham. Akan tetapi,
penghuni post yang berpenghuni masyarakat tidak menutup diri terhadap bahasa
daerah penghuni lain. Artinya dalam beberapa kesempatan atau jika sedang
berkumpul sering kali saling belajar antar bahasa daerah. Hal ini menunjukkan
bahwa kemultikulturalan yang ada di kantor post tidak menjadi penghalang atau
perpecahan antar suku dalam bersosialisasi. Akan tetapi, hal ini justru menjadi
daya tarik dan keunikan tersendiri sehingga semakin mempererat keakraban di
antara penghuni kantor post yang notabennya sebagai masyarakatnya.
Alih kode yang terjadi pada mahasiswa atau masyarakatnya dalam
sosialisasi bahasa dengan konteks multikultural di kantor post , misalnya
sebagai berikut :
Penggunaan
campur kode
Sapam :
““Mbak ngirimnya lewat apa...Laut atau udara?”
Seorang
Mbak : “Kurang tau”
Sapam:
“Jadi kalau lewat laut si.. munkin,,,”
Seorang
Mbak : “Iya kemarin juga sama.”
Sapam :
“kirimannya, berapa besar ungak .”
Seorang Mbak : Kecil .
Sapam
: Kira – kira ada 10 kilian gituan ungak?”
Seorang
Mbak : “5 kiloan gitu, karna ngirim pake jam sama ha …ha.. cepat
biasan10 hari ”
Sapam :
“Munkin kiriman yang pertama ,itu dia pakek khusus?”
Seorang
Mbak : “Tapi...... kan Hpnya sama ....?”
Sapam
: Barang dikirim kemarin.mbak ada pin?”
Seorang
Mbak :Ugak ada, barang yang dikirim
kemarin 3-4 hari dengan waktu yang sama sampai ugak , biasa sampai 10 hari udah
sampai.
Sapam
: Cob aja Mbak cek dengan Mbak Dita.
Seorang
Mbak : Gimana nanyaknya?
Sapam
:” Ndak,Ape tanya,...langsung jak .
Berdasarkan percakapan di atas dapat diketahui penggunaan
campur kode antara masing-masing penutur berbeda, yaitu sesuai menggunakan
bahasa atau istilah sesuai daerah asal masing-masing. Baik dalam
pengiriman,atau dalam masalah surat kabar dalam kantor post tersebut,adanya
peerbedaan Bahasa yang digunakan dalam berbahasa,dan ada juga menggunakan
Bahasa sehari-hari .
BAB V
Penutup
A.Kesimpulan
Berdasarkan
pemaparan tersebut dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Peristiwa
tutur yang terjadi di masyarakat mengakibatkan munculnya berbagai variasi
bahasa, sehingga Dell Hymes merumuskan komponen tutur SPEAKING sebagai syarat
terjadinya peristiwa tutur. Masing-masing komponen tersebut saling berhubungan
dan berfungsi meminimalisir kesalahpahaman dan kesalahtafsiran dalam peristiwa
tutur serta sebagai penentu penggunaan ragam bahasa yang tepat dalam
komunikasi.
Dalam
suatu peristiwa tutur, alih kode dan campur kode terjadi karena beberapa faktor
yaitu,
(1) penutur dan pribadi penutur, (2)
mitra penutur,(3) hadirnya penutur ketiga, (4) tempat dan waktu tuturan
berlangsung, (5) modus pembicaraan, dan (6) topik pembicaraan. Alih kode dan
campur kode memiliki fungsi terkait dengan tujuan berkomunikasi. Dalam kegiatan komunikasi pada masyarakat multilingual, alih
kode dan campur kode pada umumnya
dilakukan antara lain untuk tujuan (1) mengakrabkan suasana, (2) menghormati
lawan bicara, (3) meyakinkan topik pembicaraan, (4) menyajikan humor untuk
menghibur, dan (5) menimbulkan gaya atau gengsi penutur.
B.Saran
Alih kode dan campur kode seharusnya
digunakan pada kondisi dan situasi yang tepat. Campur kode seharusnya hanya
digunakan pada situasi informal saja sementara pada situasi formal seharusnya
menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
Daftar Pustaka
Agsjatmiko.blogspot.com/.../penggunaan-alih-kode-dan-campur-kode.
Chaer, Abdul dan Agustina, Leoni.
2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul., Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal (Edisi
Revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Marsono dan Partana, Paina. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda dan
Pustaka Pelajar.
Paulstom, Christina Bratt and Tucker.
G. Richard. 2003. Sosiolinguistics.
Blackwell Publishing.
Marcopangngewa.blogspot.com/.../alih-kode-dan-campur-kode.
0 komentar:
Posting Komentar