Sabtu, 29 November 2014

Peristiwa Tutur dan Tindak Tutur di Ranah Agama




BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasiyang dipergunakan oleh semua orang dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa menggunakan bahasa seseorang tidak akan dapat bersosial, bahakan mungkin tidak juga tidak akan memenuhi kebutuhan hidupnya.Seorang pada umumnya tidak pandai memilih petuturan yang baik atau bahkan tidak memahami makna dan jenis peturan yang seharusnya mereka pergunakan, baik dilingkungan instansi maupun dilingkungan masyarakat pada umumnya.Hal ini dapat tarjadi karena beberapa faktor, diantaranya faktor pengetahuan seseorang, faktor lingkungan, faktor pergaulan, faktor pergaulan daerah dan faktor intern seseorang.
Sebagai salah satu contoh petuturan yang disampaikan seseorang yang kesehariannya di Terminal sangatlah jauh berbeda dengan petuturan yang disampaikan dosen yang kesehariannya meyampaikan kajian-kajian ilmiah kepada maasiswa dilingkungan kampus, begitupun tidak sedikit orang yang masih banyak kesalahan dalam menggunakan petututan.Maka dalam berbahasa akan terjadi peristiwa tutur dan tindak tutur. Peristiwa tutur adalah terjadinya iteraksi linguistik dalam suatu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua belah pihak. Suatu peristiwa tutur harus meliputi delapan komponen yaitu, setting (tempat dan waktu), participan (pihak yang terlibat dalam tuturan), ends (maksud dan tujuan tuturan), act seguenssce (bentuk dan isi ujaran), key (nada, cara dan semangat suatu pesan disampaikan), instrumentalities (jalur bahasa yang digunakan, misal lisan dan tertulis), norma of interaction and interpretation (norma dan aturan berintereksi), genre (jenis bentuk penyampaian seperti narasi dan puisi).
Sedangkan tindak tutur lebih terlihat dari makna atau arti dalam tindakan tuturan seseorang .Tindak tutur juga merupakan salah satu penomena dalam masalah yang lebih  luas, yang dikenal dengan istilah pragmatik.Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. J.L Austin 1956 membagi tindak tutur menjadi tiga jenis yaitu:
 1. Lokusi     : Apa yang akan disampaikan penutur dengan mitra tuturnya.
 2. Ilokusi     : Menyampaikan sesuatu dari penutur tehadap mitra tutur.
 3. Perlukusi : Tanggapan mitra tutur terhadap ilokusi yang disamapaikan penutur.
      Dalam penelitian ini dapat kita analisis terjadinya peristiwa tutur dan tindak tutur yang terjadi diranah agama (masjid dan khutbah jum’at).






B.     Fokus Penelitian
-          Masalah dan batasan masalah
Adapun masalah dan batasan masalah yang menjadi acuan sebagai berikut:
1.      Bagaimana bisa terjadi peristiwa tutur dan tindak tutur?
2.      Bagaimana cara seseoran memahami peristiwa tutur dan tindak tutur?

C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pembutan makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peristiwa tutur dan tindak tutur
2. Untuk mengetahui bagaimana seseorang bertutur

D.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh ialah sebagai berikut:
1.      Sebagai wahana untuk melatih penulis menbuat karya tulis.
2.      Dapat memotivasi para mahasiswa untuk memahami aliran pendidikan secara lebih mendalam.
3.      Dapat menambah wawasan serta sebagai literatur perpustakaan.




























BAB II
KAJIAN TEORI


A.  Konsep Tindak Tutur.
Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan. Dalam penerapannya tindak tutur digunakan oleh beberapa disiplin ilmu. Menurut Chaer (2004 : 16) tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Konsep adalah penyebaran teori. Teori tindak tutur lebih dijabarkan oleh para lingusitik diantaranya J.L. Austin (dalam A. H. Hasan Lubis, 1991: 9) menyatakan bahwa secara pragmatis, setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur dalam melakukan tindak tutur yakni tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi (Hartyanto, 2008).
B. Landasan Teori
Tarigan (1990:36) menyatakan bahwa berkaitan dengan tindak tutur maka setiap ujaran atau ucapan tertentu mengandung maksud dan tujuan tertentu pula. Dengan kata lain, kedua belah pihak, yaitu penutur dan lawan tutur terlibat dalam suatu tujuan kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Sesuai dengan keterangan tersebut, maka instrumen pada penelitian ini mengacu pada teori tindak tutur.
 Menurut J.L. Austin (dalam A. H. Hasan Lubis, 1991: 9), secara analitis tindak tutur dapat dipisahkan menjadi 3 macam bentuk, antara lain:
1.      Tindak lokusi (Lecutionary act), yaitu kaitan suatu topik dengan satu keterangan dalam suatu ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan penjelasan dalam sintaksis (Searly dalam Lubis). Contoh: ‘Saya lapar’, seseorang mengartikan ‘Saya’ sebagai orang pertama tunggal (si penutur), dan ‘lapar’ mengacu pada ‘perut kosong dan perlu diisi’, tanpa bermaksud untuk meminta makanan.




2.      Tindak ilokusi (Illecitionary act), yaitu pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji pertanyaan dan sebagainya. Contoh: Saya lapar’, maksudnya adalah meminta makanan, yang merupakan suatu tindak ilokusi.
3.      Tindak perlokasi (perlocutionary act), yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu oleh pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu. Tanganggapan itu tidak hanya berbentuk kata-kata, tetapi juga bentuk tindakan atas perbuatan.
Menurut Rustono (1999) tindak tutur dibedakan menjadi empat bagian yaitu:
1.      Tindak tutur harfiah adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya.
2.      Tindak tutur tidak harfiah adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan kata-kata yang menyusunnya.
3.      Tindak tutur langsung adalah tindak tutur yan g diguanakn secara konvensional.
4.      Tindak tutur tidak langsung adalah tindak tutur yang digunakn tidakn konvensional.
Apabila keempat jenis tindak tutur tersebut digabung maka diperoleh empat macam tindak
 tutur interseksi antara lain:
a.    Tindak tutur langsung harfiah tuturan dibawah ini adalah tuturan yang dituturkan oleh     seseorang petugas pemeriksaan keamanan kepada seseorang yang menjalani pemeriksaan. Tuturan tersebut merupakan tindak tiutur harfiah.
b.      Tindak tutur langsung tidak harfiah tuturan dibawah ini adalah tuturan yang diucapkan oleh seseorang kepada teman kerjanya sebagai pedagang. Dokter:” bagaimana kalau bapak angkat tangan sebentar?”
      Jadi dapat disimpulkan beberapa pendapat dari para ahli, tindak tutur merupakan unsur prgmatik yang melibatkan pembicara, pendengar, atau penulis pembicara serta yang yang dibicarakan. Secara analisis tindak tutur dapat dipisahkan dalam tiga macam bentuk, tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur pelokusi. Tindak tutur terdiri atas beberapa bagian, tindak tutur harfiah, tindak tutur tidak harfiah tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak lansung.







BAB III
HASIL PENELITIAN

            Dari hasil penelitian mengenai tutur dan tindak  tutur diranah agama (masjid dan khutbah jum’at).Dari hal tersebut kita dapat mengetahui tema apa yang disampaikan penutur dan hal-hal apa saja yang disampaikan penutur.
Tema   : Idul Adha ( hari raya kurban)
       Hal yang disamapaikan penutur: Penutur menyampaikan “dari sekian banyak nikmat yang       diberikan allah ada terdapat nikmat yang paling  mahal yang tidak dapat dihargai dengan apapun yaitu iman dan islami”. Pokok penyampaian penuutur, seminggu yang lalu kita baru saja melaksanakan satu peringatan yang maha besar, peringatan yang mengajarkan kita para manusia yaitu peringatan idul adha, masih terkait dengan idul adha ada satu pelajaran yang dapat kita petik pada siang hari ini semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, bisa menjadi pelajaran bagi semua pemimpin rumah tangga kita masing-masing karena kisah ini berawal dari Q.S As-shofat:102 Allah berfirman a’uzubillah himinassaitonirrazim  fallamma balakho mahussaiyah kolaya bunayya inni arrafill manam anni anta hunna fanturna nayya kholayya badif alma tumarru sajaduni insya allah man sabirin “maka ketika anak itu sampai umur 1 tahun ibrahim berkata wahai anakku sesesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu anakku, maka ismail menjawab wahai ayahku lakukanlah apa yang diperintahkan allah kepada kita insaallah kita akan mendapat surga dan menjadi orang-orang beruntung”. Dari cerita tersebut penutur dapat menyimpulkan bahwa “keberhasilan seseorang ayah yang berhasil mendidik putranya, ketika dewasa dapat berdialok dan dijak betukar pikiran tetapi jawabanya memberikan pencerahan hati.Oleh karena itilah nabi ibramim aliwassalam menunngu kelahiran putranya ismail kurang lebih 100 tahun untuk memanjatkan do’a kepada Allah SWT..Inilah suatu gambaran keberhasilan seorang ayah mendidik seorang anak, karena anak bagi setiap manusia adalah suatu hal membahagiakan dan suatu yang menjadi harapan yang akan menjadi penerus harapan orang tua kita dan menjadi kebanggaan”.
Peralihan bahasa Arab ke bahasa indonesia:
Arab:
 a’uzubillah himinassaitonirrazim  fallamma balakho mahussaiyah kolaya     bunayya inni arrafill manam anni anta hunna fanturna nayya kholayya badif alma tumarru sajaduni insya allah man sabirin





Indonesia:
maka ketika anak itu sampai umur 1 tahun ibrahim berkata wahai anakku sesesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu anakku, maka ismail menjawab wahai ayahku lakukanlah apa yang diperintahkan allah kepada kita insaallah kita akan mendapat surga dan menjadi orang-orang beruntung

       Maka dalam peristiwa tutur dan tindak tutur yang terjadi diranah agama (masjid dan khutbah jum’at) terjadi dua perubahan bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab. Peralihan bahasa indonesia ke bahasa arab merupakan proses titur dan tindak tutur.
























BAB IV
PENUTUP
A.    Simpulan

Adapun kesimpulan yang dihasilkan  dari penulisan makalah ini adalah:Dalam berbahasa terjadi peristiwa tutur dan tindak tutur, peristiwa tutur merupakan terjadinya interaksi linguistik dalam bentuk suatu ujaran  tau lebih yang melibatkan dua belah pihak. Suatu peristiwa tutur harus harus meliputi delapan komponen yaitu:setting, participans, ends, act seguessece, key, instrumentalities, norma of  interaction and interpretation, genre.Sedangkan peristiwa tindak tutur lebih dilihat dari makna atau arti tindakan dalam tuturan seseorang. Tindak tutur juga merupakan salah satu ponomena dalam masalah yang lebih luas, yang dikenal dengan istilah pragmatik.

B.     Saran
Dengan  segala  kekurangan dan keterbatasan saya, kritik, saran, serta serta masukan yang  membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Besar harapan saya semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi semua pihak khususnya pembaca.














Daftar Pustaka
Chaer, Abdul dkk. 2004. “Sosiolinguistik Perkenalan Awal”. Jakarta:Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 1985. “Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa”. Flores: Nusa Indah.
Pariawan I Wayan. 2008. “Sikap Bahasa dalam Kajian Sosiolinguistik. Jalaludin Rakhmat, 1994. Psikologi Komunikasi: Suatu Pengantar,Bandung Remaja Rosdakarya.






0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More