BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bahasa
adalah alat komunikasiyang dipergunakan oleh semua orang dalam kehidupan
sehari-hari. Tanpa menggunakan bahasa seseorang tidak akan dapat bersosial,
bahakan mungkin tidak juga tidak akan memenuhi kebutuhan hidupnya.Seorang pada
umumnya tidak pandai memilih petuturan yang baik atau bahkan tidak memahami
makna dan jenis peturan yang seharusnya mereka pergunakan, baik dilingkungan
instansi maupun dilingkungan masyarakat pada umumnya.Hal ini dapat tarjadi
karena beberapa faktor, diantaranya faktor pengetahuan seseorang, faktor
lingkungan, faktor pergaulan, faktor pergaulan daerah dan faktor intern
seseorang.
Sebagai
salah satu contoh petuturan yang disampaikan seseorang yang kesehariannya di
Terminal sangatlah jauh berbeda dengan petuturan yang disampaikan dosen yang
kesehariannya meyampaikan kajian-kajian ilmiah kepada maasiswa dilingkungan
kampus, begitupun tidak sedikit orang yang masih banyak kesalahan dalam
menggunakan petututan.Maka dalam berbahasa akan terjadi peristiwa tutur dan
tindak tutur. Peristiwa tutur adalah terjadinya iteraksi linguistik dalam suatu
bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua belah pihak. Suatu peristiwa tutur
harus meliputi delapan komponen yaitu, setting (tempat dan waktu), participan
(pihak yang terlibat dalam tuturan), ends (maksud dan tujuan tuturan), act
seguenssce (bentuk dan isi ujaran), key (nada, cara dan semangat suatu pesan
disampaikan), instrumentalities (jalur bahasa yang digunakan, misal lisan dan
tertulis), norma of interaction and interpretation (norma dan aturan
berintereksi), genre (jenis bentuk penyampaian seperti narasi dan puisi).
Sedangkan tindak tutur lebih terlihat dari makna atau
arti dalam tindakan tuturan seseorang .Tindak tutur juga merupakan salah satu
penomena dalam masalah yang lebih luas,
yang dikenal dengan istilah pragmatik.Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah
ini secara berbeda-beda. J.L Austin 1956 membagi tindak tutur menjadi tiga
jenis yaitu:
1. Lokusi
: Apa yang akan disampaikan penutur dengan mitra tuturnya.
2. Ilokusi : Menyampaikan sesuatu dari penutur tehadap
mitra tutur.
3. Perlukusi : Tanggapan mitra tutur terhadap
ilokusi yang disamapaikan penutur.
Dalam penelitian ini dapat kita analisis
terjadinya peristiwa tutur dan tindak tutur yang terjadi diranah agama (masjid
dan khutbah jum’at).
B.
Fokus
Penelitian
-
Masalah
dan batasan masalah
Adapun masalah dan batasan masalah yang menjadi acuan
sebagai berikut:
1.
Bagaimana bisa
terjadi peristiwa tutur dan tindak tutur?
2.
Bagaimana cara
seseoran memahami peristiwa tutur dan tindak tutur?
C.
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan dari
pembutan makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui
peristiwa tutur dan tindak tutur
2. Untuk mengetahui
bagaimana seseorang bertutur
D.
Manfaat
Penelitian
Adapun
manfaat yang dapat diperoleh ialah sebagai berikut:
1.
Sebagai wahana
untuk melatih penulis menbuat karya tulis.
2.
Dapat memotivasi para
mahasiswa untuk memahami aliran pendidikan secara lebih mendalam.
3.
Dapat menambah
wawasan serta sebagai literatur perpustakaan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Tindak Tutur.
Tindak
tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara,
pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan. Dalam penerapannya
tindak tutur digunakan oleh beberapa disiplin ilmu. Menurut Chaer (2004 : 16)
tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan
keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi
situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti
tindakan dalam tuturannya. Konsep adalah penyebaran teori. Teori tindak tutur
lebih dijabarkan oleh para lingusitik diantaranya J.L. Austin (dalam A. H.
Hasan Lubis, 1991: 9) menyatakan bahwa secara pragmatis, setidak-tidaknya ada
tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur dalam melakukan
tindak tutur yakni tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur
perlokusi (Hartyanto, 2008).
B. Landasan Teori
Tarigan (1990:36) menyatakan bahwa berkaitan dengan tindak
tutur maka setiap ujaran atau ucapan tertentu mengandung maksud dan tujuan
tertentu pula. Dengan kata lain, kedua belah pihak, yaitu penutur dan lawan
tutur terlibat dalam suatu tujuan kegiatan yang berorientasi pada tujuan
tertentu. Sesuai dengan keterangan tersebut, maka instrumen pada penelitian ini
mengacu pada teori tindak tutur.
Menurut J.L. Austin (dalam
A. H. Hasan Lubis, 1991: 9), secara analitis tindak tutur dapat dipisahkan
menjadi 3 macam bentuk, antara lain:
1. Tindak lokusi (Lecutionary act), yaitu kaitan
suatu topik dengan satu keterangan dalam suatu ungkapan, serupa dengan hubungan
‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan penjelasan dalam sintaksis (Searly
dalam Lubis). Contoh: ‘Saya lapar’, seseorang mengartikan ‘Saya’ sebagai orang
pertama tunggal (si penutur), dan ‘lapar’ mengacu pada ‘perut kosong dan perlu
diisi’, tanpa bermaksud untuk meminta makanan.
2. Tindak ilokusi (Illecitionary act), yaitu
pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji pertanyaan dan sebagainya. Contoh:
Saya lapar’, maksudnya adalah meminta makanan, yang merupakan suatu tindak
ilokusi.
3. Tindak
perlokasi (perlocutionary act), yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh
ungkapan itu oleh pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan
kalimat itu. Tanganggapan itu tidak hanya berbentuk kata-kata, tetapi juga
bentuk tindakan atas perbuatan.
Menurut Rustono (1999) tindak tutur dibedakan menjadi
empat bagian yaitu:
1.
Tindak tutur harfiah adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna
kata-kata yang menyusunnya.
2.
Tindak tutur tidak harfiah adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama
dengan kata-kata yang menyusunnya.
3.
Tindak tutur langsung adalah tindak tutur yan g diguanakn secara
konvensional.
4.
Tindak tutur tidak langsung adalah tindak tutur yang digunakn tidakn
konvensional.
Apabila keempat jenis tindak
tutur tersebut digabung maka diperoleh empat macam tindak
tutur interseksi antara lain:
a.
Tindak tutur langsung harfiah tuturan dibawah ini adalah tuturan yang
dituturkan oleh seseorang petugas
pemeriksaan keamanan kepada seseorang yang menjalani pemeriksaan. Tuturan
tersebut merupakan tindak tiutur harfiah.
b.
Tindak tutur langsung tidak harfiah tuturan dibawah ini adalah tuturan yang
diucapkan oleh seseorang kepada teman kerjanya sebagai pedagang. Dokter:”
bagaimana kalau bapak angkat tangan sebentar?”
Jadi dapat disimpulkan beberapa pendapat
dari para ahli, tindak tutur merupakan unsur prgmatik yang melibatkan
pembicara, pendengar, atau penulis pembicara serta yang yang dibicarakan.
Secara analisis tindak tutur dapat dipisahkan dalam tiga macam bentuk, tindak
tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur pelokusi. Tindak tutur
terdiri atas beberapa bagian, tindak tutur harfiah, tindak tutur tidak harfiah
tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak lansung.
BAB III
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian mengenai tutur dan tindak tutur diranah agama (masjid dan khutbah
jum’at).Dari hal tersebut kita dapat mengetahui tema apa yang disampaikan
penutur dan hal-hal apa saja yang disampaikan penutur.
Tema : Idul Adha (
hari raya kurban)
Hal yang
disamapaikan penutur: Penutur menyampaikan “dari sekian banyak nikmat yang diberikan allah ada terdapat nikmat yang
paling mahal yang tidak dapat dihargai
dengan apapun yaitu iman dan islami”. Pokok penyampaian penuutur, seminggu yang
lalu kita baru saja melaksanakan satu peringatan yang maha besar, peringatan
yang mengajarkan kita para manusia yaitu peringatan idul adha, masih terkait
dengan idul adha ada satu pelajaran yang dapat kita petik pada siang hari ini
semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, bisa menjadi pelajaran bagi
semua pemimpin rumah tangga kita masing-masing karena kisah ini berawal dari
Q.S As-shofat:102 Allah berfirman a’uzubillah himinassaitonirrazim fallamma balakho mahussaiyah kolaya bunayya
inni arrafill manam anni anta hunna fanturna nayya kholayya badif alma tumarru
sajaduni insya allah man sabirin “maka ketika anak itu sampai umur 1 tahun
ibrahim berkata wahai anakku sesesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu anakku, maka ismail
menjawab wahai ayahku lakukanlah apa yang diperintahkan allah kepada kita
insaallah kita akan mendapat surga dan menjadi orang-orang beruntung”. Dari
cerita tersebut penutur dapat menyimpulkan bahwa “keberhasilan seseorang ayah
yang berhasil mendidik putranya, ketika dewasa dapat berdialok dan dijak
betukar pikiran tetapi jawabanya memberikan pencerahan hati.Oleh karena itilah
nabi ibramim aliwassalam menunngu kelahiran putranya ismail kurang lebih 100
tahun untuk memanjatkan do’a kepada Allah SWT..Inilah suatu gambaran keberhasilan
seorang ayah mendidik seorang anak, karena anak bagi setiap manusia adalah
suatu hal membahagiakan dan suatu yang menjadi harapan yang akan menjadi
penerus harapan orang tua kita dan menjadi kebanggaan”.
Peralihan bahasa Arab ke bahasa indonesia:
Arab:
a’uzubillah
himinassaitonirrazim fallamma balakho
mahussaiyah kolaya bunayya inni
arrafill manam anni anta hunna fanturna nayya kholayya badif alma tumarru
sajaduni insya allah man sabirin
Indonesia:
maka ketika anak itu sampai umur 1 tahun ibrahim berkata
wahai anakku sesesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu maka
pikirkanlah bagaimana pendapatmu anakku, maka ismail menjawab wahai ayahku
lakukanlah apa yang diperintahkan allah kepada kita insaallah kita akan
mendapat surga dan menjadi orang-orang beruntung
Maka
dalam peristiwa tutur dan tindak tutur yang terjadi diranah agama (masjid dan
khutbah jum’at) terjadi dua perubahan bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa
Arab. Peralihan bahasa indonesia ke bahasa arab merupakan proses titur dan
tindak tutur.
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Adapun kesimpulan yang
dihasilkan dari penulisan makalah ini adalah:Dalam
berbahasa terjadi peristiwa tutur dan tindak tutur, peristiwa tutur merupakan
terjadinya interaksi linguistik dalam bentuk suatu ujaran tau lebih yang melibatkan dua belah pihak.
Suatu peristiwa tutur harus harus meliputi delapan komponen yaitu:setting,
participans, ends, act seguessece, key, instrumentalities, norma of interaction and interpretation, genre.Sedangkan
peristiwa tindak tutur lebih dilihat dari makna atau arti tindakan dalam
tuturan seseorang. Tindak tutur juga merupakan salah satu ponomena dalam
masalah yang lebih luas, yang dikenal dengan istilah pragmatik.
B.
Saran
Dengan segala
kekurangan dan keterbatasan saya, kritik, saran, serta serta masukan
yang membangun dari semua pihak sangat
saya harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Besar harapan saya
semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi semua pihak
khususnya pembaca.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul dkk. 2004. “Sosiolinguistik Perkenalan
Awal”. Jakarta:Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 1985. “Fungsi Bahasa dan
Sikap Bahasa”. Flores: Nusa Indah.
Pariawan I Wayan. 2008. “Sikap Bahasa dalam Kajian Sosiolinguistik.
Jalaludin Rakhmat, 1994. Psikologi Komunikasi: Suatu Pengantar,Bandung Remaja
Rosdakarya.
0 komentar:
Posting Komentar