Sabtu, 29 November 2014

Bahasa yang digunakan oleh Masyarakat di Alun-alun kapuas




KATA PENGANTAR
                Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat­­_Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah Sosiolinguistik, dengan judul Variasi Bahasa. Penulis sangat merasa bangga dapat menyelesaikan makalah ini karena pertolongan Tuhan yang begitu luar biasa.
            Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada rekan-rekan yang telah ikut berpartisipasi, karena ikut serta dalam bagian penyusunan makalah tersebut. Dan tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Al Ashadi, M.pd. yang telah membimbing penulis dalam membuat makalah ini.
            Dalam penulisan makalah ini mungkin masih ada terdapat kekurangan yang penulis lakukan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kepada pembaca untuk kritik dan sarannya. Demikian yang penulis sampaikan atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

Pontianak, November 2014


 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Masyarakat Alun-alaun Kapuas merupakan masyarakat yang menggunkan banyak bahasa. Yang terdiri dari Suku, Ras, Daerah, Golongan, dan Agama yang berbeda tetapi masyarakat setempat sangat unik dalam menggunkan bahasa mereka tersebut, mereka mempunyai gaya dan cara yang tersendiri untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Masyarakat Alun-alun kapuas dapat dikatakan dengan masyarakat pemakai variasi Bahasa karena bahasa yang mereka gunakan berbeda-beda dan banyak jenisnya.
Bahasa merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan di masyarakat untuk saling berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Tanpa bahasa manusia akan sangat sulit untuk saling berinteraksi, karena melalui bahasa manusia satu dengan yang lainnya dapat mengetahui apa yang diinginkan.
Mengingat pentingnya bahasa tersebut di masyarakat maka, pemakai bahasa tersebut harus bisa berkomunikasi dengan baik dengan lawan bicara karena jika salah dalam berbahasa pendengar akan keliru mengartikan bahasa yang kita ucapkan tersebut. Berkaitan dengan variasi bahasa yang ada di masyarakat Alun-alun kapuas masyarakat setempat sangat beragam menggunkan bahasa dari bahasa Formal sampai bahasa non formal, oleh sebab itu bahasa-bahasa setempat jika tidak pandai-pandai menggunkannya akan menimbulkan miss komunikasi anatara masyarakat setempat.
Bahasa adalah lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap yang mempunyai makna atau arti. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh makhluk hidup untuk berinteraksi sesamanya, terutama manusia. Macam-macam bahasa di dunia ini sungguh beragam, terutama di Indonesia yang mempunyai banyak suku bangsa, budaya dan bahasa. Proses menguasai bahasa melibatkan soal-soal luaran seperti latar belakang sosial penutur, kedudukan dan kebudayaan penutur dalam masyarakat.
Sosiolinguistik merupakan ilmu disiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu yang mempunyai kaitan yang sangat erat. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kegiatan sosial ataupun gejala sosial dalam suatu masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Sosiolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan diantara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu didalam suatu masyarakat bahasa.
Variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induksinya. Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen.
Dalam kehidupan sosial masyarakat yang kompleks tersebut, wajar jika kemudian muncul bermacam-macam variasi di dalam sebuah bahasa. Terlebih lagi jika hal tersebut dipandang dari berbagai sudut yang berbeda. Memperhatikan cara orang-orang menggunakan bahasa dalam konteks sosial yang berbeda memberikan kekayaan informasi mengenai cara bahasa itu bekerja, bagaimana hubungan sosial orang-orang tersebut dalam sebuah komunitas, dan cara mereka saling memberi isyarat terhadap aspek-aspek identitas sosial mereka melalui bahasa yang mereka gunakan.
Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Berkaitan dengan hal tersebut dalam makalah ini akan dibahas mengenai hakikat variasi bahasa dan jenis-jenis variasi bahasa tersebut.
B.     Fokus Penelitian
Penulis meneliti tentang variasi bahasa yang ada di masyarakat alun-alun kapuas, tentang pemakaian bahasa dialek dan idiolek yang masyarakat gunakan di alun-alun kapuas.
Rumusan Masalah
Berikut beberapa rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas:
1.      Bagaimana penggunaan bahasa yang ada di masyarakat di alun-alun kapuas ?
2.      Mengapa masyarakat di alun-alun kapuas sangat banyak menggunakan bahasa melayu pontianak ?
3.      Apa saja bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang ada di alun-alun kapuas  dan bagai mana cara mereka menyikapi bahasa tersebut ?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Ingin mengetahui proses berlangsungnya penggunaan bahasa yang ada di masyarakat alun-alun kapuas.
2.      Agar mengetahui bahasa apa saja yang paling dominan digunakan oleh masyarakat di alun-alun kapuas.
3.      Mengetahui pemakaian bahasa oleh masyarakat yang menggunakan variasi bahasa di alun-alun kapuas.
D.    Manfaat penelitian
Dari rumusan masalah dan tujuan makalah di atas maka manfaat penelitian variasi bahasa ini adalah:
1.      Memperdalam ilmu bahasa dengan melakukan penelitan langsung di lapangan.
2.      Memuat berbagai aspek yang mungkin akan mempengaruhi variasi bahasa yang ada di masyarakat setempat.
3.      Mengasah kemampuan mahasiswa dalam meneliti dengan langsung terjun ke lapangan.


 

BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Hakikat Variasi Bahasa
Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan.
Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.
   Dalam pandangan sosiolinguistik, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala individual, tetapi merupakan gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaiannya tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik. Faktor-faktor nonlinguistik yang mempengaruhi pemakaian bahasa seperti di bawah ini.
1.      Faktor-faktor sosial: status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya.
2.      Faktor-faktor situasional: siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.
  Menurut Chaer (2010:62) variasi bahasa adalah keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Menurut Allan Bell (dalam Coupland dan Adam, 1997:240) variasi bahasa adalah salah satu aspek yang paling menarik dalam sosiolinguistik. Prinsip dasar dari variasi bahasa ini adalah penutur tidak selalu berbicara dalam cara yang sama untuk semua peristiwa atau kejadian. Ini berarti penutur memiliki alternatif atau piilihan berbicara dengan cara yang berbeda dalam situasi yang berbeda. Cara berbicara yang berbeda ini dapat menimbulkan maksa sosial yang berbeda pula. Jadi, berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa adalah sejenis ragam bahasa  yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasinya, tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan, variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa.

B.     Penyebab Adanya Variasi Bahasa
Beberapa penyebab adanya variasi bahasa adalah sebagai berikut :
1. Interferensi
Chaer (1994:66) memberikan batasan bahwa interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan,sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu. Bahasa daerah menjadi proporsi utama dalam komunikasi resmi, sehingga rasa cinta terhadap bahasa nasional terkalahkan oleh bahasa daerah.
Alwi, dkk. (2003:9) menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa Jawa, misalnya pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur pungutan bahsa Inggris oleh sebagian orang dianggap pencemaran keaslian dan kemurnian bahasa kita. Hal tersebut yang menjadi sebab adanya interferensi. Selain bahasa daerah, bahasa asing (Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia ditempatkan di atas bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengakibatkan lunturnya bahasa dan budaya Indonesia yang secara perlahan tetapi pasti telah menjadi bahasa primadona. Misalnya masyarakat lebih cenderung menggunakan kata “pull” untuk “dorong” dan “push” untuk “tarik”, serta “welcome” untuk “selamat datang”.
 2. Integrasi
Selain Interferensi, integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa Indonesia. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk dan sudah dianggap, diperlukan dan di pakai sebagai bagian dari bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah di sesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi seperti montir, sopir, dongkrak.
3. Alih Kode dan Campur Kode
          Chaer (1994:67) menyatakan bahwa alih kode adalah beralihnya suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa lain). Campur kode adalah dua kode atau lebih di gunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer, 1994:69). Diantara dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode. Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia di campurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah, begitu juga sebaliknya. Dalam kalangan orang terpelajar sering kali bahasa Indonesia di campur dengan unsur-unsur bahasa Inggris.
4. Bahasa Gaul
            Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para anak jalanan. Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama kamus bahasa gaul pada tahun 1999. Contoh penggunaan bahasa gaul adalah seperti : Ayah (Bokap), Ibu (Nyokap), Saya (Gue), dan lain-lain.



C.    Jenis Variasi Bahasa
Chaer dan Agustina (2010:62) mengungkapkan variasi bahasa itu ada beberapa jenis, diantaranya:
     1)  Variasi Bahasa dari Segi Penutur
a.Variasi Bahasa Idiolek
Variasi bahasa idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idiolek setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing. Idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pemilihan diksi, gaya bahasa, susunan kalimat, ekspresi, dan bahkan karena kelainan keadaan rohani dan kemampuan intelektual .Yang paling dominan adalah warna suara, kita dapat mengenali suara seseorang yang kita kenal hanya dengan mendengar suara tersebut.
b.    Variasi Bahasa Dialek
Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa Jawa dialek Banyumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya.
c.    Variasi Bahasa Kronolek atau Dialek Temporal
Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini.
d.   Variasi Bahasa Sosiolek
Variasi bahasa sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain sebagainya.
 Variasi bahasa sosiolek dibagi menjadi sebagai berikut:
1)      Variasi Bahasa Berdasarkan Usia
Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang dewasa.
2)      Variasi Bahasa Berdasarkan Pendidikan
Yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.
3)      Variasi Bahasa Berdasarkan Seks
Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.
4)      Variasi Bahasa Berdasarkan Profesi
Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa.
5)      Variasi Bahasa Berdasarkan Tingkat Kebangsawanan
Variasi bahasa berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang lerkail dengan lingkat dan kedudukan penuliir (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata, seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata mangkat.
6)      Variasi Bahasa Berdasarkan Tingkat Ekonomi Para Penutur
Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi lemah.
7)      Variasi Bahasa Berdasarkan Tingkat Golongan, Status, dan Kelas Sosial
Dalam Chaer dan Agustina (2010:87-89) variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgar, slang, kulokial, jargon, argoi, dan ken. Adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi darivariasi sosial lainya;
b.      Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan
dipandang rendah;
c.       Vulgar adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang kurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan;
d.      Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia;
e.       Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok (dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak);
f.       Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll;
g.      Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet, barang dalam arti mangsa, daun dalam arti uang, dll;
h.      Ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Biasanya digunakan oleh para pengemis.


D.  Variasi Bahasa dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata.
Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata yang tepat. Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah; komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.

E.  Variasi Bahasa dari Segi Keformalan
Joos (Chaer dan Agustina, 2010:70) membagi variasi bahasa atas lima macam, yaitu:
a.       Ragam Beku (frozen).
Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagai nya.
b.      Ragam Resmi (formal)
Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.
c.       Ragam Usaha (konsultatif)
Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi.
d.      Ragam Santai (casual)
Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya.
e.       Ragam Akrab (intimate)
Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak jelas.

F.     Variasi Bahasa dari Segi Sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari variasi bahasa yang digunakan. Jenisnya adalah ragam atau variasi bahasa lisan dan bahasa tulis yang pada kenyataannya menunjukan struktur yang tidak sama. Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.

G.  Konsep Tindak Tutur
Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan. Dalam penerapannya tindak tutur digunakan oleh beberapa disiplin ilmu. Menurut Chaer (2004 : 16) tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Konsep adalah penyebaran teori.
Teori tindak tutur lebih dijabarkan oleh para lingusitik diantaranya J.L. Austin (dalam A. H. Hasan Lubis, 1991: 9) menyatakan bahwa secara pragmatis, setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur dalam melakukan tindak tutur yakni tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi (Hartyanto, 2008).
Tarigan (1990:36) menyatakan bahwa berkaitan dengan tindak tutur maka setiap ujaran atau ucapan tertentu mengandung maksud dan tujuan tertentu pula. Dengan kata lain, kedua belah pihak, yaitu penutur dan lawan tutur terlibat dalam suatu tujuan kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Sesuai dengan keterangan tersebut, maka instrumen pada penelitian ini mengacu pada teori tindak tutur. Menurut J.L. Austin (dalam A. H. Hasan Lubis, 1991: 9), secara analitis tindak tutur dapat dipisahkan menjadi 3 macam bentuk, antara lain

H.    Konsep Dasar Alih Kode dan Campur Kode
Menurut KBBI konsep adalah rancangan dasar, ide, pengertian , dan gambaran awal dari objek yang diabstrakkan dari peristiwa konkret dan digunakan untuk memahami hal-hal lain dalam suatu penelitian. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kridalaksana (2001: 117) mengatakan bahwa konsep adalah gambaran awal dari objek penelitian yang digunakan untuk memahami hal-hal lain dalam suatu penelitian.
Paparan konsep-konsep bisa bersumber dari pendapat para ahli pengalaman peneliti, dokumentasi, dan nalar yang berhubungan dengan masalah yang diteliti (Marlina, 2001:9). Melihat kenyataan bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa Indonesia dan beragam bahasa daerah, maka di negara Indonesia tidak jarang ditemui orang-orang yang dapat berbahasa lebih dari satu bahasa. Kesanggupan mereka dapat menggunakan lebih dari satu bahasa tersebut disebabkan oleh keinginan mereka untuk saling berkomunikasi antara manusia yang satu dan manusia yang lain, baik di dalam lingkungan interetnis maupun di dalam lingkungan antaretnis.
Kegiatan alih kode dapat terjadi pada setiap penutur bahasa. Kegiatan alih kode yang terjadi pada penutur ekabahasawan, misalnya beralihnya seseorang dari ragam bahasa yang satu keragam bahasa yang lain dalam bahasa yang sama. Kegiatan alih kode yang terjadi pada penutur dwibahasawan, misalnya beralihnya seseorang dari bahasa yang satu kepada bahasa yang lain dalam suatu peristiwa bicara.
I.       Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu yang mengkaji tentang sosial atau sosiologi dan linguistik atau bahasa. Sosiologi yaitu ilmu yang berhubungan dengan sosial atau berhubungan dengan masyarakat, kelompok masyarakat, dan fungsi kemasyarakatan. Nababan (1984;2) menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu yang mempelajari atau membicarakan bahasa, khususnya unsur-unsur bahasa (fonem, morfem, kata, dan kalimat) dan hubungan antara unsur-unsur itu, termasuk hakikat dan pembentukan unsur-unsur itu.
Bahasa berhubungan erat dengan masyarakat suatu wilayah sebagai subjek atau pelaku berbahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara kelompok yang satu dengan kelompok lain. Tiga komponen bahasa dalam sosiolinguistik adalah:
a.       budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai ”kultur” dalam bahasa indonesia.
b.      bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, lewat tulisan, lisan, atau pun gerak (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, komunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial.
c.       Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.

 


BAB III
HASIL PENELITIAN
A.    Pembahasan Rumusan Masalah
Pembahasan yang dilakukan mengenai berbagai jenis bahasa yang ada di alun-alun kapuas dan masyarakat sering juga menyebutnya dengan sebutan (Korem). Bahwa ternyata masyarakat yang datang di situ tidak hanya masyarakat lokal atau bukan hanya masyarakat asli Kota Pontianak melainkan datang dari berbagai penjuru daerah. Berikut pembahasan yang telah penulis lakukan :
1.      Bagaimana penggunaan bahasa yang ada di masyarakat alun-alun kapuas ?
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat di alun-alun kapuas merupakan bahasa indonesia, tetapi walaupun demikian yang paling dominan adalah bahasa melayu pontianak dikarenakan banyaknya masyarakat pendatang  setempat yang telah beradaptasi dengan bahasa melayu pontianak. Cara mereka menggunakan bahasapun sangat bervariasi jika ada di antara mereka  mereka akan tetap menggunakan bahasa mereka tersebut, kecuali apabila mereka bertemu dengan orang yang berbeda dengan bahasa mereka maka mereka akan menggunakan bahasa indonesia atau bahkan menggunakan bahasa melayu pontianak.
2.      Mengapa masyarakat di alun-alun kapuas sangat banyak menggunkan bahasa melayu pontianak ?
Masyarakat di alun-alun kapuas sangat banyak atau lebih dominan mengunakan bahasa melayu pontianak karena masyarakat yang datang disitu adalah lebih dominan masyarakat Pontianak. Selain itu para pendatang yang ada di Kota Pontianak ini telah beradaptasi dengan dialek bahasa melayu pontianak sehingga apabila mereka bertemu dengan orang-orang di sekitar mereka akan menggunakan dialek bahasa melayu pontianak.
3.      Apa saja bahasa yang digunakan oleh masayarakat pengunjung di alun-alun kapuas dan bagaimana mereka menyikapi bahasa tersebut ?
Banyak sekali jenis bahasa yang ada di kota pontianak ini, dari bahasa lokal hingga bahasa luar kota pontianak. Banyak juga idiolek dan dialek yang digunakan oleh pemakai bahasa tersebut. Demikian juga bahasa yang digunakan oleh masyarakat di Alun-alun kapuas di mana banyak ragam bahasa yang mereka pakai bahasa tersebut adalah Bahasa melayu Pontianak, Bahasa melayu Kuburaya, Bahasa Dayak ( hampir semua dayak di kalbar ), bahasa madura, bahasa Jawa dan masaih banyak lagi bahasa lainnya sehingga timbullah variasi bahasa dari bahasa-bahasa tersebut.
Apabila dilihat dari bahasa tersebut sangat banyak jenisnya mungkin akan terasa sulit untuk berkomunikasi antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya, apa lagi idiolek dan dialek mereka yang kemungkinan akan sulit untuk dimengerti. Akan tetapi masyarakat di alun-alun kapuas punya cara tersendiri untuk menyikapi banyaknya jenis bahasa tersebut. Mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa pemersatu negara indonesia yaitu menggunakan bahasa indonesia. Dengan demikian proses komunikas yang dilakukan mereka akan sangat mempermudah untuk berinteraksi anatara satu dengan yang lainnya. Tetapi bahasa pemersatu mereka tidak hanya bahasa indonesia melainkan juga bahasa melayu pontianak. Mengapa demikian? Karena masyarakat yang datang di kota pontaianak ini mengerti dialek bahasa melayu pontianak dan telah beradaptasi dengan bahasa melayu pontianak itu sendiri.


B.   Hasil Penelitian di Lapangan
Nama Peneliti: Gunawati Gugun
Tempat Penelitian: Alun-alun Kapuas
Waktu Penelitian: Malam hari Pukul 07:00
Penelitian tentang: Variasi Bahasa di Alun-alun Kapuas
Berikut penelitian yang telah dilakukan oleh penulis langsung di lapangan:
Hasil Percakapan Penelitian
Percakapan A
Penanya           : bukan orang pontianak ke ?
Nara sumber    : saya asli orang Pontianak.
Penanya           : koq nggak ada bahasa melayunya-melayunya sih ?
Nara sumber    : ya saya asli pontianak
Orang C          : beda gitu ba ya bg
Nara sumber    : saya ni orang madura ba
Penanya           : pantaslah ndak ada bahasa melayu pontianak e

Percakapan B
Penanya           : harga jamnya berapa ?
Penjual                        : 35 lah. Tapi yang 35`ndak tahan aer.
Penanya           : bisa kurang lah pak ?
Penjual                        : ne tahan aer ne ( sambil menunjukkan jam )
Penanya           : udah lah, ndak jadi ya pak

Demikian hasil penelitian yang telah penulis lakukan di lapangan berdasarkan bahasa dan variasi bahasa yang ada. Bahwa ternyata penelitian tersebut sangat bermanfaat bagi penulis karena dapat mengetahui secara langsung bahasa yang digunakan masyarakat di Alun-alun Kapuas.
Ternyata sangat banyak melayu pontianak yang digunakan oleh masyarakat di Alun-alun Kapuas. Seperti yang diungkapkan oleh penjual dan pembeli jam di atas Aer dalam bahasa indonesia adalah bermakna air.








BAB IV
PENUTUP
A.    Simpulan
Variasi bahasa masyarakat di Alun-alun kapuas Kota Pontianak sangat dipengaruhi oleh bahasa yang ada di lingkungan sekitar. Oleh karenanya  Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh semua orang, baik dari kalangan atas maupun kalangan rendah. Itulah yang menyebabkan mengapa banyak sekali variasi dalam bahasa. Variasi bahasa adalah macam-macam bentuk bahasa yang berbeda. Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen.
Variasi bahasa dari segi penutur terbagi menjadi empat macam, yaitu: idiolek, dialek, kronolek/dialek temporal dan sosiolek. Variasi bahasa berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial. Variasi bahasa dari segi keformalanpemakaian dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan.  Variasi dari segi keformalan terbagi atas lima macam gaya (style), yaitu: gaya/ragam beku (frozen), gaya resmi (formal), gaya usaha (konsultatif), gaya santai (casual), dan gaya akrab (intimate). Variasi dari segi sarana adalah dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, yakni misalnya dalam bertelepon dan betelegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama.

B.     Saran
Sebagai masyarakat pemakai bahasa, kita harus bisa menggunakan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah yang berlaku dan bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan konteks waktu, tempat, situasi, ataupun lawan bicara. Oleh karena itu, kita harus menjadi masyarakat pengguna variasi bahasa yang tepat.
Gunakanlah bahasa yang dipakai saudara sesuai dengan situasi yang baik dan tepat dengan bahasa yang dipakai sehari-hari agar tidak menimbulkan kekeliruan dalam berkomunikasi. Apabila bertemu dengan orang yang tidak sama dengan bahasa anda gunakanlah bahasa pemersatu yaitu bahasa indonesia.

 
 
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 1994. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta
Coupland, Nikolas dan Adam Jaworski. 1997. Sosiolinguistics: A Reader and  Coursebook. England: Macmillan Press LTD.
Kridalaksana. (2001: 117). Sosiolinguistik. Jakarta : Angkasa Jaya


0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More