KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat_Nyalah
penulis dapat menyelesaikan makalah Sosiolinguistik, dengan judul Variasi
Bahasa. Penulis sangat merasa bangga dapat menyelesaikan makalah ini karena
pertolongan Tuhan yang begitu luar biasa.
Penulis juga mengucapkan banyak
terimakasih kepada rekan-rekan yang telah ikut berpartisipasi, karena ikut
serta dalam bagian penyusunan makalah tersebut. Dan tidak lupa juga penulis
ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Al Ashadi, M.pd. yang telah
membimbing penulis dalam membuat makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini mungkin
masih ada terdapat kekurangan yang penulis lakukan, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kepada pembaca untuk kritik dan sarannya. Demikian yang penulis
sampaikan atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
Pontianak, November 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masyarakat
Alun-alaun Kapuas merupakan masyarakat yang menggunkan banyak bahasa. Yang
terdiri dari Suku, Ras, Daerah, Golongan, dan Agama yang berbeda tetapi
masyarakat setempat sangat unik dalam menggunkan bahasa mereka tersebut, mereka
mempunyai gaya dan cara yang tersendiri untuk berkomunikasi antara satu dengan
yang lainnya. Masyarakat Alun-alun kapuas dapat dikatakan dengan masyarakat
pemakai variasi Bahasa karena bahasa yang mereka gunakan berbeda-beda dan
banyak jenisnya.
Bahasa
merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan di masyarakat untuk saling
berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Tanpa bahasa manusia akan sangat
sulit untuk saling berinteraksi, karena melalui bahasa manusia satu dengan yang
lainnya dapat mengetahui apa yang diinginkan.
Mengingat
pentingnya bahasa tersebut di masyarakat maka, pemakai bahasa tersebut harus
bisa berkomunikasi dengan baik dengan lawan bicara karena jika salah dalam
berbahasa pendengar akan keliru mengartikan bahasa yang kita ucapkan tersebut.
Berkaitan dengan variasi bahasa yang ada di masyarakat Alun-alun kapuas
masyarakat setempat sangat beragam menggunkan bahasa dari bahasa Formal sampai
bahasa non formal, oleh sebab itu bahasa-bahasa setempat jika tidak
pandai-pandai menggunkannya akan menimbulkan miss komunikasi anatara masyarakat
setempat.
Bahasa
adalah lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap yang mempunyai makna atau
arti. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh makhluk hidup untuk
berinteraksi sesamanya, terutama manusia. Macam-macam bahasa di dunia ini
sungguh beragam, terutama di Indonesia yang mempunyai banyak suku bangsa,
budaya dan bahasa. Proses menguasai bahasa melibatkan soal-soal luaran seperti
latar belakang sosial penutur, kedudukan dan kebudayaan penutur dalam masyarakat.
Sosiolinguistik
merupakan ilmu disiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu yang
mempunyai kaitan yang sangat erat. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang kegiatan sosial ataupun gejala sosial dalam suatu masyarakat. Sedangkan
linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang
mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Sosiolinguistik merupakan ilmu yang
mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan diantara para
bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu didalam suatu masyarakat
bahasa.
Variasi
bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing
memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induksinya. Variasi bahasa
disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat
atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang
tidak homogen.
Dalam
kehidupan sosial masyarakat yang kompleks tersebut, wajar jika kemudian muncul
bermacam-macam variasi di dalam sebuah bahasa. Terlebih lagi jika hal tersebut
dipandang dari berbagai sudut yang berbeda. Memperhatikan cara orang-orang
menggunakan bahasa dalam konteks sosial yang berbeda memberikan kekayaan
informasi mengenai cara bahasa itu bekerja, bagaimana hubungan sosial orang-orang
tersebut dalam sebuah komunitas, dan cara mereka saling memberi isyarat
terhadap aspek-aspek identitas sosial mereka melalui bahasa yang mereka
gunakan.
Dalam
hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai
akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa
itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman
sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk
memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang
beraneka ragam. Berkaitan dengan hal tersebut dalam makalah ini akan dibahas
mengenai hakikat variasi bahasa dan jenis-jenis variasi bahasa tersebut.
B.
Fokus
Penelitian
Penulis meneliti tentang variasi bahasa yang ada di
masyarakat alun-alun kapuas, tentang pemakaian bahasa dialek dan idiolek yang
masyarakat gunakan di alun-alun kapuas.
Rumusan
Masalah
Berikut beberapa rumusan masalah berdasarkan latar
belakang di atas:
1. Bagaimana
penggunaan bahasa yang ada di masyarakat di alun-alun kapuas ?
2. Mengapa
masyarakat di alun-alun kapuas sangat banyak menggunakan bahasa melayu
pontianak ?
3. Apa
saja bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang ada di alun-alun kapuas dan bagai mana cara mereka menyikapi bahasa
tersebut ?
C.
Tujuan
Penelitian
1. Ingin
mengetahui proses berlangsungnya penggunaan bahasa yang ada di masyarakat
alun-alun kapuas.
2. Agar
mengetahui bahasa apa saja yang paling dominan digunakan oleh masyarakat di
alun-alun kapuas.
3. Mengetahui
pemakaian bahasa oleh masyarakat yang menggunakan variasi bahasa di alun-alun
kapuas.
D.
Manfaat
penelitian
Dari rumusan masalah dan tujuan makalah
di atas maka manfaat penelitian variasi bahasa ini adalah:
1. Memperdalam
ilmu bahasa dengan melakukan penelitan langsung di lapangan.
2. Memuat
berbagai aspek yang mungkin akan mempengaruhi variasi bahasa yang ada di
masyarakat setempat.
3. Mengasah
kemampuan mahasiswa dalam meneliti dengan langsung terjun ke lapangan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Hakikat Variasi Bahasa
Variasi bahasa
disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat
atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang
tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan.
Pertama, variasi
itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan
keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat
dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa
itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan
masyarakat yang beraneka ragam.
Dalam
pandangan sosiolinguistik, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala
individual, tetapi merupakan gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dan
pemakaiannya tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga
oleh faktor-faktor nonlinguistik. Faktor-faktor nonlinguistik yang mempengaruhi
pemakaian bahasa seperti di bawah ini.
1. Faktor-faktor sosial: status sosial, tingkat
pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Faktor-faktor situasional: siapa berbicara dengan
bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.
Menurut Chaer (2010:62) variasi bahasa adalah
keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang
dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan
oleh para penuturnya yang tidak homogen. Menurut Allan Bell (dalam Coupland dan
Adam, 1997:240) variasi bahasa adalah salah satu aspek yang paling menarik
dalam sosiolinguistik. Prinsip dasar dari variasi bahasa ini adalah penutur
tidak selalu berbicara dalam cara yang sama untuk semua peristiwa atau
kejadian. Ini berarti penutur memiliki alternatif atau piilihan berbicara
dengan cara yang berbeda dalam situasi yang berbeda. Cara berbicara yang
berbeda ini dapat menimbulkan maksa sosial yang berbeda pula. Jadi, berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa adalah sejenis ragam
bahasa yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasinya, tanpa
mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan.
Hal ini dikarenakan, variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya
keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa.
B.
Penyebab Adanya Variasi Bahasa
Beberapa penyebab
adanya variasi bahasa adalah sebagai berikut :
1. Interferensi
Chaer
(1994:66) memberikan batasan bahwa interferensi adalah terbawa masuknya unsur
bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan,sehingga tampak adanya
penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu. Bahasa daerah menjadi
proporsi utama dalam komunikasi resmi, sehingga rasa cinta terhadap bahasa
nasional terkalahkan oleh bahasa daerah.
Alwi,
dkk. (2003:9) menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa Jawa,
misalnya pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur pungutan bahsa
Inggris oleh sebagian orang dianggap pencemaran keaslian dan kemurnian bahasa
kita. Hal tersebut yang menjadi sebab adanya interferensi. Selain bahasa
daerah, bahasa asing (Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia ditempatkan
di atas bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa inggris di ruang umum telah menjadi
kebiasaan yang tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengakibatkan lunturnya
bahasa dan budaya Indonesia yang secara perlahan tetapi pasti telah menjadi
bahasa primadona. Misalnya masyarakat lebih cenderung menggunakan kata “pull”
untuk “dorong” dan “push” untuk “tarik”, serta “welcome” untuk “selamat
datang”.
2. Integrasi
Selain
Interferensi, integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa
Indonesia. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari
bahasa lain yang terbawa masuk dan sudah dianggap, diperlukan dan di pakai
sebagai bagian dari bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Proses
integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang
berintegrasi itu telah di sesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata
bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi seperti montir, sopir, dongkrak.
3. Alih Kode dan Campur Kode
3. Alih Kode dan Campur Kode
Chaer (1994:67) menyatakan bahwa alih
kode adalah beralihnya suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke
dalam kode yang lain (bahasa lain). Campur kode adalah dua kode atau lebih di
gunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer,
1994:69). Diantara dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode
gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode. Biasanya dalam
berbicara dalam bahasa Indonesia di campurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah,
begitu juga sebaliknya. Dalam kalangan orang terpelajar sering kali bahasa
Indonesia di campur dengan unsur-unsur bahasa Inggris.
4. Bahasa Gaul
Bahasa gaul merupakan salah satu
cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai
muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai
bahasanya para anak jalanan. Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal
khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa kata yang digunakan
dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama kamus bahasa gaul
pada tahun 1999. Contoh penggunaan bahasa gaul adalah seperti : Ayah (Bokap),
Ibu (Nyokap), Saya (Gue), dan lain-lain.
C.
Jenis Variasi Bahasa
Chaer dan
Agustina (2010:62) mengungkapkan variasi bahasa itu ada beberapa jenis,
diantaranya:
1) Variasi Bahasa dari Segi Penutur
a.Variasi Bahasa Idiolek
Variasi bahasa idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan.
Menurut konsep idiolek setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya
masing-masing. Idiolek ini berkenaan
dengan “warna” suara, pemilihan diksi, gaya bahasa, susunan kalimat, ekspresi,
dan bahkan karena kelainan keadaan rohani dan kemampuan intelektual .Yang
paling dominan adalah warna suara, kita dapat mengenali suara seseorang yang
kita kenal hanya dengan mendengar suara tersebut.
b. Variasi Bahasa Dialek
Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu.
Umpamanya, bahasa Jawa dialek Banyumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya.
c. Variasi Bahasa Kronolek atau Dialek Temporal
Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang
digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa
Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan,
dan variasi bahasa pada masa kini.
d. Variasi Bahasa Sosiolek
Variasi bahasa sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status,
golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua
masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan,
tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain sebagainya.
Variasi bahasa sosiolek dibagi menjadi sebagai berikut:
1) Variasi Bahasa Berdasarkan Usia
Variasi
bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat
usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau
orang dewasa.
2) Variasi Bahasa Berdasarkan Pendidikan
Yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna
bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan
berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkal atas.
Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan
variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.
3) Variasi Bahasa Berdasarkan Seks
Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan
jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi bahasa yang
digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh
bapak-bapak.
4) Variasi Bahasa Berdasarkan Profesi
Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait
dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut.
Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan
lain sebagninya tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa.
5) Variasi Bahasa Berdasarkan Tingkat
Kebangsawanan
Variasi bahasa berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang
lerkail dengan lingkat dan kedudukan penuliir (kebangsawanan atau raja-raja)
dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan
oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata,
seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja
menggunakan kata mangkat.
6) Variasi Bahasa Berdasarkan Tingkat
Ekonomi Para Penutur
Variasi
bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang
mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya
dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat
ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang
yang mempunyai tingkat ekonomi lemah.
7) Variasi Bahasa Berdasarkan Tingkat
Golongan, Status, dan Kelas Sosial
Dalam
Chaer dan Agustina (2010:87-89) variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan,
status dan kelas sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek,
basilek, vulgar, slang, kulokial, jargon, argoi, dan ken. Adapun penjelasan
tentang variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
a. Akrolek adalah variasi sosial yang
dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi darivariasi sosial lainya;
b. Basilek adalah variasi sosial yang
dianggap kurang bergengsi atau bahkan
dipandang rendah;
dipandang rendah;
c. Vulgar adalah variasi sosial yang
ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang kurang terpelajar atau dari kalangan
yang tidak berpendidikan;
d. Slang adalah variasi sosial yang
bersifat khusus dan rahasia;
e. Kolokial adalah variasi sosial yang
digunakan dalam percakapan sehari-hari yang cenderung menyingkat kata karena
bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok (dokter), prof (profesor), let
(letnan), nda (tidak);
f. Jargon adalah variasi sosial yang
digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial tertentu. Misalnya, para montir
dengan istilah roda gila, didongkrak, dll;
g. Argot adalah variasi sosial yang
digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu dan bersifat rahasia. Misalnya,
bahasa para pencuri dan tukang copet, barang dalam arti mangsa, daun dalam arti
uang, dll;
h. Ken adalah variasi sosial yang
bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Biasanya
digunakan oleh para pengemis.
D. Variasi
Bahasa dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek
atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk
keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian,
perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini
yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata.
Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak
digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya
menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah
kosakata yang tepat. Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu,
yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus
dipahami dengan mudah; komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita
secara tepat; dan ringkas karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan
keterbatasan waktu (dalam media elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud
di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa
yang menggunakan bahasa tersebut.
E. Variasi
Bahasa dari Segi Keformalan
Joos (Chaer dan Agustina, 2010:70) membagi
variasi bahasa atas lima macam, yaitu:
a. Ragam Beku (frozen).
Gaya
atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada
situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagai
nya.
b. Ragam Resmi (formal)
Gaya
atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato
kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.
c. Ragam Usaha (konsultatif)
Gaya
atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam
pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi
pada hasil atau produksi.
d. Ragam Santai (casual)
Gaya
bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak
resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu
istirahat dan sebagainya.
e. Ragam Akrab (intimate)
Gaya
atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur
yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan
tidak jelas.
F.
Variasi Bahasa dari Segi Sarana
Variasi
bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Misalnya,
telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari variasi bahasa
yang digunakan. Jenisnya adalah ragam atau variasi bahasa lisan dan bahasa
tulis yang pada kenyataannya menunjukan struktur yang tidak sama. Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat
ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Ragam bahasa tulis
adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai
unsur dasarnya.
G. Konsep Tindak Tutur
Tindak
tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara,
pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan. Dalam penerapannya
tindak tutur digunakan oleh beberapa disiplin ilmu. Menurut Chaer (2004 : 16)
tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan
keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi
situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti
tindakan dalam tuturannya. Konsep adalah penyebaran teori.
Teori
tindak tutur lebih dijabarkan oleh para lingusitik diantaranya J.L. Austin
(dalam A. H. Hasan Lubis, 1991: 9) menyatakan bahwa secara pragmatis,
setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang
penutur dalam melakukan tindak tutur yakni tindak tutur lokusi, tindak tutur
ilokusi, dan tindak tutur perlokusi (Hartyanto, 2008).
Tarigan (1990:36)
menyatakan bahwa berkaitan dengan tindak tutur maka setiap ujaran atau ucapan
tertentu mengandung maksud dan tujuan tertentu pula. Dengan kata lain, kedua
belah pihak, yaitu penutur dan lawan tutur terlibat dalam suatu tujuan kegiatan
yang berorientasi pada tujuan tertentu. Sesuai dengan keterangan tersebut, maka
instrumen pada penelitian ini mengacu pada teori tindak tutur. Menurut J.L.
Austin (dalam A. H. Hasan Lubis, 1991: 9), secara analitis tindak tutur dapat
dipisahkan menjadi 3 macam bentuk, antara lain
H. Konsep Dasar Alih Kode dan Campur Kode
Menurut KBBI konsep adalah rancangan dasar, ide, pengertian ,
dan gambaran awal dari objek yang diabstrakkan dari peristiwa konkret dan
digunakan untuk memahami hal-hal lain dalam suatu penelitian. Hal yang sama
juga diungkapkan oleh Kridalaksana (2001: 117) mengatakan bahwa konsep adalah
gambaran awal dari objek penelitian yang digunakan untuk memahami hal-hal lain
dalam suatu penelitian.
Paparan konsep-konsep bisa bersumber dari pendapat para ahli
pengalaman peneliti, dokumentasi, dan nalar yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti (Marlina, 2001:9). Melihat kenyataan bahwa bangsa Indonesia
memiliki bahasa Indonesia dan beragam bahasa daerah, maka di negara Indonesia
tidak jarang ditemui orang-orang yang dapat berbahasa lebih dari satu bahasa.
Kesanggupan mereka dapat menggunakan lebih dari satu bahasa tersebut disebabkan
oleh keinginan mereka untuk saling berkomunikasi antara manusia yang satu dan
manusia yang lain, baik di dalam lingkungan interetnis maupun di dalam
lingkungan antaretnis.
Kegiatan alih kode dapat terjadi pada
setiap penutur bahasa. Kegiatan alih kode yang terjadi pada penutur
ekabahasawan, misalnya beralihnya seseorang dari ragam bahasa yang satu keragam
bahasa yang lain dalam bahasa yang sama. Kegiatan alih kode yang terjadi pada
penutur dwibahasawan, misalnya beralihnya seseorang dari bahasa yang satu
kepada bahasa yang lain dalam suatu peristiwa bicara.
I.
Sosiolinguistik
Sosiolinguistik
merupakan ilmu yang mengkaji tentang sosial atau sosiologi dan linguistik atau
bahasa. Sosiologi yaitu ilmu yang berhubungan dengan sosial atau berhubungan
dengan masyarakat, kelompok masyarakat, dan fungsi kemasyarakatan. Nababan
(1984;2) menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu yang mempelajari atau
membicarakan bahasa, khususnya unsur-unsur bahasa (fonem, morfem, kata, dan
kalimat) dan hubungan antara unsur-unsur itu, termasuk hakikat dan pembentukan
unsur-unsur itu.
Bahasa
berhubungan erat dengan masyarakat suatu wilayah sebagai subjek atau pelaku
berbahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara kelompok yang satu
dengan kelompok lain. Tiga komponen bahasa dalam sosiolinguistik adalah:
a. budaya
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia. Dalam bahasa inggris kebudayaan disebut culture yang berasal
dari kata latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai ”kultur” dalam bahasa indonesia.
b. bahasa
Bahasa
adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi
atau berhubungan, lewat tulisan, lisan, atau pun gerak (bahasa isyarat), dengan
tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang
lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi,
komunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial.
c. Masyarakat
Masyarakat
adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi
terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang
berada dalam kelompok tersebut.
BAB
III
HASIL
PENELITIAN
A.
Pembahasan
Rumusan Masalah
Pembahasan
yang dilakukan mengenai berbagai jenis bahasa yang ada di alun-alun kapuas dan
masyarakat sering juga menyebutnya dengan sebutan (Korem). Bahwa ternyata
masyarakat yang datang di situ tidak hanya masyarakat lokal atau bukan hanya
masyarakat asli Kota Pontianak melainkan datang dari berbagai penjuru daerah.
Berikut pembahasan yang telah penulis lakukan :
1.
Bagaimana penggunaan bahasa yang
ada di masyarakat alun-alun kapuas ?
Bahasa
yang digunakan oleh masyarakat di alun-alun kapuas merupakan bahasa indonesia,
tetapi walaupun demikian yang paling dominan adalah bahasa melayu pontianak
dikarenakan banyaknya masyarakat pendatang
setempat yang telah beradaptasi dengan bahasa melayu pontianak. Cara
mereka menggunakan bahasapun sangat bervariasi jika ada di antara mereka mereka akan tetap menggunakan bahasa mereka
tersebut, kecuali apabila mereka bertemu dengan orang yang berbeda dengan
bahasa mereka maka mereka akan menggunakan bahasa indonesia atau bahkan
menggunakan bahasa melayu pontianak.
2.
Mengapa masyarakat di alun-alun
kapuas sangat banyak menggunkan bahasa melayu pontianak ?
Masyarakat
di alun-alun kapuas sangat banyak atau lebih dominan mengunakan bahasa melayu
pontianak karena masyarakat yang datang disitu adalah lebih dominan masyarakat
Pontianak. Selain itu para pendatang yang ada di Kota Pontianak ini telah beradaptasi
dengan dialek bahasa melayu pontianak sehingga apabila mereka bertemu dengan
orang-orang di sekitar mereka akan menggunakan dialek bahasa melayu pontianak.
3.
Apa saja bahasa yang digunakan oleh
masayarakat pengunjung di alun-alun kapuas dan bagaimana mereka menyikapi
bahasa tersebut ?
Banyak
sekali jenis bahasa yang ada di kota pontianak ini, dari bahasa lokal hingga
bahasa luar kota pontianak. Banyak juga idiolek dan dialek yang digunakan oleh
pemakai bahasa tersebut. Demikian juga bahasa yang digunakan oleh masyarakat di
Alun-alun kapuas di mana banyak ragam bahasa yang mereka pakai bahasa tersebut
adalah Bahasa melayu Pontianak, Bahasa melayu Kuburaya, Bahasa Dayak ( hampir
semua dayak di kalbar ), bahasa madura, bahasa Jawa dan masaih banyak lagi
bahasa lainnya sehingga timbullah variasi bahasa dari bahasa-bahasa tersebut.
Apabila
dilihat dari bahasa tersebut sangat banyak jenisnya mungkin akan terasa sulit
untuk berkomunikasi antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya, apa
lagi idiolek dan dialek mereka yang kemungkinan akan sulit untuk dimengerti.
Akan tetapi masyarakat di alun-alun kapuas punya cara tersendiri untuk
menyikapi banyaknya jenis bahasa tersebut. Mereka berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa pemersatu negara indonesia yaitu menggunakan bahasa
indonesia. Dengan demikian proses komunikas yang dilakukan mereka akan sangat
mempermudah untuk berinteraksi anatara satu dengan yang lainnya. Tetapi bahasa
pemersatu mereka tidak hanya bahasa indonesia melainkan juga bahasa melayu
pontianak. Mengapa demikian? Karena masyarakat yang datang di kota pontaianak
ini mengerti dialek bahasa melayu pontianak dan telah beradaptasi dengan bahasa
melayu pontianak itu sendiri.
B.
Hasil
Penelitian di Lapangan
Nama Peneliti: Gunawati
Gugun
Tempat Penelitian:
Alun-alun Kapuas
Waktu Penelitian: Malam
hari Pukul 07:00
Penelitian tentang:
Variasi Bahasa di Alun-alun Kapuas
Berikut
penelitian yang telah dilakukan oleh penulis langsung di lapangan:
Hasil Percakapan
Penelitian
Percakapan
A
Penanya : bukan orang pontianak ke ?
Nara sumber : saya asli orang Pontianak.
Penanya : koq nggak ada bahasa
melayunya-melayunya sih ?
Nara sumber : ya saya asli pontianak
Orang C : beda gitu ba ya bg
Nara sumber : saya ni orang madura ba
Penanya : pantaslah ndak ada bahasa melayu
pontianak e
Percakapan
B
Penanya : harga jamnya berapa ?
Penjual :
35 lah. Tapi yang 35`ndak tahan aer.
Penanya : bisa kurang lah pak ?
Penjual : ne tahan aer ne (
sambil menunjukkan jam )
Penanya : udah lah, ndak jadi ya pak
Demikian hasil
penelitian yang telah penulis lakukan di lapangan berdasarkan bahasa dan
variasi bahasa yang ada. Bahwa ternyata penelitian tersebut sangat bermanfaat
bagi penulis karena dapat mengetahui secara langsung bahasa yang digunakan
masyarakat di Alun-alun Kapuas.
Ternyata sangat
banyak melayu pontianak yang digunakan oleh masyarakat di Alun-alun Kapuas.
Seperti yang diungkapkan oleh penjual dan pembeli jam di atas Aer dalam bahasa indonesia adalah
bermakna air.
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Variasi
bahasa masyarakat di Alun-alun kapuas Kota Pontianak sangat dipengaruhi oleh
bahasa yang ada di lingkungan sekitar. Oleh karenanya Bahasa
merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh semua orang, baik dari kalangan
atas maupun kalangan rendah. Itulah yang menyebabkan mengapa banyak sekali
variasi dalam bahasa. Variasi bahasa adalah macam-macam bentuk bahasa yang
berbeda. Variasi bahasa disebabkan oleh adanya
kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang
sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen.
Variasi
bahasa dari segi penutur terbagi menjadi empat macam, yaitu: idiolek,
dialek, kronolek/dialek temporal dan sosiolek. Variasi bahasa berkenaan
dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial. Variasi bahasa dari segi
keformalanpemakaian dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau
tingkat keformalan dan sarana penggunaan.
Variasi dari segi keformalan terbagi atas lima macam gaya (style),
yaitu: gaya/ragam beku (frozen), gaya resmi (formal), gaya usaha (konsultatif),
gaya santai (casual), dan gaya akrab (intimate). Variasi dari
segi sarana adalah dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, yakni misalnya
dalam bertelepon dan betelegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa
tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki
wujud struktur yang tidak sama.
B.
Saran
Sebagai
masyarakat pemakai bahasa, kita harus bisa menggunakan bahasa yang baik dan
benar. Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah yang berlaku
dan bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan konteks waktu, tempat,
situasi, ataupun lawan bicara. Oleh karena itu, kita harus menjadi masyarakat
pengguna variasi bahasa yang tepat.
Gunakanlah
bahasa yang dipakai saudara sesuai dengan situasi yang baik dan tepat dengan
bahasa yang dipakai sehari-hari agar tidak menimbulkan kekeliruan dalam
berkomunikasi. Apabila bertemu dengan orang yang tidak sama dengan bahasa anda
gunakanlah bahasa pemersatu yaitu bahasa indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 1994. Sosiolinguistik Suatu Pengantar.
Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul dan
Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik:
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta
Coupland, Nikolas dan Adam
Jaworski. 1997. Sosiolinguistics: A Reader and Coursebook.
England: Macmillan Press LTD.
Kridalaksana. (2001: 117). Sosiolinguistik. Jakarta : Angkasa Jaya
0 komentar:
Posting Komentar