BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat multilingual dan multikultural yang sarat dengan terjadinya fenomena
kebahasaan. Hal ini disebabkan adanya kontak bahasa yang tidak dapat dihindari,
khususnya di daerah perbatasan. Perebutan pengaruh pemakaian bahasa (bahasa
ibu) oleh masing-masing pemilik bahasa sangat menentukan keberlangsungan bahasa
yang dimilikinya. Untuk itu, keloyalitasan penutur bahasa ibu sangat
memengaruhi keberadaan bahasa ibu dalam komunikasi. Semakin tinggi loyalitas
pemakaian bahasa ibu akan berpeluang eksistensi bahasa ibu sulit bergeser dalam
masyarakat tutur. Sebaliknya, semakin rendah loyalitas pemakaian bahasa ibu
akan berpeluang terjadinya pergeseran bahasa dan lambat laun akan terjadi
kepunahan bahasa ibu.
Menurut Fasold (1984:213), pemertahanan
dan pergeseran bahasa ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lainnya. Ia
merupakan hasil kolektif dari pilihan bahasa (language choice).
Selanjutnya, dikemukakan bahwa pemertahanan bahasa dan pergeseran bahasa adalah
“language shift simply means that a community gives up a language completely
in favourof another one. The members of the community, when the shift has taken
plece, have collectivelly chosen a new language where and old one used to be
used. In language maintenance, the community collectivelly decides to continue
using the language in domains formely shift in progress. If the members of
speech community are monolingual and are not collectively acquiring another
language, then they are obvisiously maintaining theirlanguage use pattern…(Fasold
1984:213)”
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa
pergeseran bahasa itu terjadi manakala masyarakat pemakai bahasa memilih suatu
bahasa baru untuk mengganti bahasa sebelumnya. Dengan kata lain, pergeseran
bahasa itu terjadi karena masyarakat bahasa tertentu beralih ke bahasa lain,
biasanya bahasa yang dominan dan berprestise, lalu digunakan dalam ranah-ranah
pemakaian bahasa yang lama, pemertahanan bahasa dalam masyarakat bahasa tetap
menggunakan bahasa-bahasa secara kolektif atau secara bersama-sama dalam
ranah-ranah pemakaian tradisional.
Keragaman bahasa daerah sebagai bahasa ibu oleh
masing-masing penutur saat ini didapati mendapat tantangan atas keberadaan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa asing. Untuk itu,
pergeseran bahasa ataupun pemertahanan bahasa daerah sebagai bahasa ibu
dimungkinkan mewarnai kondisi yang demikian. Hal ini selaras dengan pendapat Wilian (2005:94) sebagai bangsa yang multilingual, gejala pergeseran bahasa itu memang juga sedang melanda
bahasa daerah (bahasa ibu) di Indonesia. Misalnya, penelitian Gunarwan (2001)
yang menghasilkan temuan bahwa bahasa Lampung (bahasa daerah) tergeser akibat
adanya desakan bahasa Indonesia. Di
samping itu, pergeseran bahasa (language shift) juga bisa terjadi di
kalangan generasi muda. Sebagaimana penelitian bahasa Tonsea di Sulut yang
dilakukan oleh Wantania (1996) dan Siregar et.al (1998) yang meneliti kasus
pemertahanan bahasa dan sikap bahasa masyarakat bilingual di Medan.
Sehubungan dengan uraian
di atas, wilayah Indonesia sangat rentan terjadinya pergeseran bahasa,
khususnya ranah keluarga yang digunakan sebagai sarana kali pertama pemerolehan
bahasa ibu. Untuk itu, pergeseran bahasa
pada masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan seringnya terjadi kontak
bahasa antara bahasa daerah ditambah dengan bahasa Indonesia bahkan bahasa
asing dalam peristiwa tutur. Situasi kebahasaan yang demikian memberikan peluang
terjadi pergeseran bahasa, khususnya dalam ranah keluarga. Selanjutnya, ranah
keluarga tersebut dijadikan fokus dalam penelitian pergeseran bahasa pada
masyarakat. Pengfokusan penelitian ini didasarkan pada anggapan bahwa ranah
keluarga terdapat pada setiap masyarakat bahasa dan dapat mewakili potret
masyarakat yang diteliti secara menyeluruh.
Sehubungan dengan hal tersebut permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian
ini adalah bagaimana pola bagaimana pola pergeseran bahasa pada
masyarakat dalam ranah keluarga. Berdasarkan permasalahan tersebut tujuan
penelitian ini adalah untuk menemukan pola pergeseran bahasa pada masyarakat
dalam ranah keluarga.
B. Masalah
Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian,
pokok permasalahan penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.
Apakah telah terjadi
pergeseran dan pemertahanan bahasa dalam
masyarakat?
2.
Jika benar terjadi
pergeseran, apa penyebab utama terjadinya pergeseran
Bahasa dalam masyarakat tersebut?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Agar mahasiswa dapat
mengetahui bagaimana cara mempertahankan bahasa.
2.
Untuk mengetahui apa saja
penyebab terjadinya pergeseran dan pemertahanan bahasa.
D.
Manfaat
Penelitian
1. Hasil
pembahasan ini diharapkan dapat menambah dan menggembangkan wawasan ilmu pendidikan
khususnya pada proses mempertahankan Bahasa.
2. Membangun
kesadaran berbahasa dalam berbagai ranah dan situasi pada masyarakat majemuk
dapat digunakan sesuai dengan perannya masing-masing dalam ranah-ranah
pemakaiannya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa
Pergeseran
bahasa berkaitan dengan fenomena sosiolinguistik yang
terjadi akibat adanya kontak bahasa. Pergeseran bahasa menyangkut masalah
penggunaan bahasa oleh sekelompok penutur yang bisa terjadi akibat perpindahan
dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur lain. Apabila seseorang atau
sekelompok penutur pindah ke tempat lain yang menggunakan bahasa lain, dan
berinteraksi dengan masyarakat tutur di wilayah tersebut, maka akan terjadilah
pergeseran bahasa. Kelompok pendatang umumnya harus menyesuaikan diri dengan
menanggalkan bahasanya sendiri dan menggunakan bahasa penduduk setempat. Dengan kata lain, Para pendatang cenderung menyesuaikan diri dengan bahasa
interlokutor. Proses pergeseran bahasa ini bisa saja diawali oleh sejumlah
kecil penutur dan baru dikatakan pergeseran penuh ketika sejumlah kelompok atau
guyub ikut serta melakukan penyesuain bahasa.
Jika berkumpul
dengan komunitas masyrakat yang berasal dari komunitas atau daerah dan bahasa yang
sama, masyarakat umumnya masih
mempertahankan penggunaan bahasa pertamanya. Akan tetapi, untuk berkomunikasi dengan selain kelompok atau komunitasnya tentu mereka tidak dapat bertahan untuk tetap menggunakan bahasanya pertamanya tersebut. Sedikit demi sedikit mereka
harus belajar menggunakan bahasa penduduk setempat untuk mempermudah mereka melakukan berbagai aktivitas sosial. Sumarsono dan Partana (2004: 231) mendefinisikan pergeseran bahasa
fenomena di mana suatu komunitas meninggalkan suatu bahasa sepenuhnya untuk
memakai bahasa lain.
Pergeseran
bahasa biasanya terjadi di negara, daerah, atau wilayah yang memberi harapan
untuk kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik, sehingga mengundang imigran
untuk mendatanginya. Misalnya, kota metropolitan
Jakarta yang identik dengan kota yang menjanjikan seseorang untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik sehingga mendorong warga masyrakat dari berbagai
daerah untuk datang berbondong-bondong ke sana. Salah satu contoh, warga Maluku
yang melakukan migrasi ke Jakarta, secara perlahan karena adanya tuntutan
situasi, kondisi, dan kebutuhan maka mereka akan berpindah mempergunakan bahasa
mereka ke bahasa Indonesia.
Peristiwa
pergeseran bahasa setidaknya disebabkan oleh beberapa faktor, beberapa
diantaranaya yakni : adanya dwibahasawan, migrasi, perkembangan ekonomi, adanya
status bahasa yang dianggap lebih tinggi oleh masyarakat sosial dan imprelisme
atau penjajahan. Dari contoh di atas dapat
disimpulkan bahawa pergeseran bahasa terjadi pada masyarakat dwibahasa atau
multibahasa. Kedwibahasaan tersebut kemungkinan dimulai ketika penduduk melakukan migrasi sehingga terjadi kontak budaya yang berujung
pada kontak bahasa pula dengan penduduk asli yang memiliki bahasa yang berbeda.
Keadaan itupun akhirnya membuat mereka menanggalkan atau tidak memakai kembali
bahasa asli mereka. Pada situasi kedwibahasaan sering
terlihat orang melakukan penggantian satu bahasa dengan bahasa lainnya dalam
berkomunikasi. Penggantian bahasa ini biasanya terjadi karena tuntutan berbagai
situasi yang dihadapi oleh masyarakat tutur. Selain itu, peralihan atau
penggantian bahasa itu dapat terjadi karena penggantian topik pembicaraan.
Peristiwa
pergeseran bahasa yang tejadi pada akhirnya akan berujung pada dua hal, yakni
apakah bahasa resepien yang mengalami pergeseran tersebut mengalami pergeseran
yang berujung pada kepunahan atau tetap bertahan dengan memungsikan dua bahasa
(menjadi dwibahasa).
Pemertahanan
bahasa pada umumnya bertujuan untuk mempertahankan budaya yang berfungsi
sebagai identitas kelompok atau komunitas, untuk mempermudah mengenali anggota
komunitas, dan untuk mengikat rasa persaudaraan sesama komunitas. Keadaan ini
akan umumnya terjadi pada komunitas masyarakat yang memiliki bahasa lebih dari
satu. Faktor yang mendorong bisa saja berasal dari dalam diri individu yang
memiliki rasa cinta akan bahasa ibu sehingga menanamkannya kepada keluarga dan
masyarakat dan dari rasa persatuan serta kecintaan pada indentitas kelompok
atau komunitas yang dimiliki.
B.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran dan pemertahanan bahasa antara lain
a.
industrialisasi
adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi
yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat
berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam
(spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi
adalah bagian dari proses modernisasi dimana perubahan sosial dan perkembangan
ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi. Dalam Industrialisasi ada
perubahan filosofi manusia dimana manusia mengubah pandangan lingkungan
sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas (tindakan didasarkan atas
pertimbangan, efisiensi, dan perhitungan, tidak lagi mengacu kepada moral, emosi,
kebiasaan atau tradisi). Menurut para peniliti ada faktor yang menjadi acuan
modernisasi industri dan pengembangan perusahaan. Mulai dari lingkungan politik
dan hukum yang menguntungkan untuk dunia industri dan perdagangan, bisa juga
dengan sumber daya alam yang beragam dan melimpah, dan juga sumber daya manusia
yang cenderung rendah biaya, memiliki kemampuan dan bisa beradaptasi dengan
pekerjaannya.
b.
imigrasi
adalah perpindahan orang dari
suatu negara-bangsa (nation-state) ke negara lain, di mana ia bukan
merupakan warga negara. Imigrasi merujuk pada perpindahan untuk menetap
permanen yang dilakukan oleh imigran,
sedangkan turis dan pendatang untuk jangka waktu pendek tidak dianggap imigran.
Walaupun demikian, migrasi pekerja musiman (umumnya untuk periode kurang dari
satu tahun) sering dianggap sebagai bentuk imigrasi. PBB memperkirakan ada
sekitar 190 juta imigran internasional pada tahun 2005, sekitar 3% dari
populasi dunia. Sisanya tinggal di negara kelahiran mereka atau negara
penerusnya.
c. politik
Politik (dari
bahasa Yunani: politikos, yang
berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara), adalah proses
pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud
proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan
upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
d.
pendidikan
adalah pembelajaran pengetahuan , keterampilan,
dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering
terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.Setiap
pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau
tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap
seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan
tinggi, universitas atau magang.
e. mobilitas sosial
mobilitas adalah pergerakan atau
perpindahan, sedangkan social adalah masyarakat. Jadi mobilitas sosial adalah
adalah suatu proses pergerakan naik(social climbing) atau turunnya(social
sinking) status seseorang atau kelompok masyarakat.
f.
jumlah penutur
ialah jumlah atau banyaknya masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut
sehingga secara langsung ataupun tidak langsung itu merupakan salah satu cara
untuk mempertahankan suatu bahasa agar tidak terjadi pergeseran.
g
.
konsentrasi pemukiman
ialah fokus kepada pemukiman dimana
seseorang berada dan selalu menggunakan bahasa dimana ia berada atau
menyesuaikan bahasa setempat.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A.
Hasil Penelitian dan pembahasan
hasil Penelitian
Masalah yang sering dihadapi di dalam
masyarakat yaitu masalah perubahan dan pergeseran bahasa. Perubahan dan
pergeseran itu timbul ketika sekelompok maupun perindividu orang bertemu dengan
orang yang bukan satu daerah dengan dirinya di sini mereka dituntut untuk
menggunakan bahasa persatuan.
Perubahan menyangkut mengenai bahasa
sebagai kode, dimana sesuai dengan salah satu sifatnya yang dinamis, dan sebagi
akibat persentuhan dengan kode-kodelain. Maka, bahasa itu berubah. Pergeseran bahasa
menyangkut masalah mobitas penutur,sebagai akibat dari perpindahan penutur
atau para penutur itu sendiri yang menyebabkan terjadinya pergeseran itu.
Sedangkan pemertahanan bahasa lebih menyangkut masalah sikap atau penilaian
terhadap suatu bahasa, untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah
bahasa-bahasa lainnya.
Terjadinya
sebuah perubahan pada bahasa itu sulit untuk diamati, sebab perubahan itu,
sudah menjadi sifat hakiki bahasa, berlangsung dalam masa waktu yang
relatif lama, sehingga tidak mungkin diobservasi oleh seseorang yang
mempunyai waktu relatif terbatas. Bukti adanya perubahan bahasa itu pun
terbatas pada bahasa-bahasa yang mempunyai tradisi tulis, dan mempunyai dokumen
tertulis dari masa-masa yang sudah lama berlalu. perubahan bahasa lazim
diartikan sebagi adanya perubahan kaidah, entah kaidahnya itu direvisi,
menghilang, atau munculnya kaidah baru, dan semuanya itu dapat terjadi pada
semua tataran linguistik, seperti fonologi, morfologi,sintaksis, semantik,
maupun leksikon.
Pergeseran
bahasa itu terjadi manakala masyarakat pemakai bahasa memilih suatu bahasa baru
untuk mengganti bahasa sebelumnya. Dengan kata lain, pergeseran bahasa itu
terjadi karena masyarakat bahasa tertentu beralih ke bahasa lain, biasanya
bahasa yang dominan dan berprestise, lalu digunakan dalam ranah-ranah pemakaian
bahasa yang lama, pemertahanan bahasa dalam masyarakat bahasa tetap menggunakan
bahasa-bahasa secara kolektif atau secara bersama-sama dalam ranah-ranah
pemakaian tradisional.
Seperti
contoh dibawah ini bahasa persatuan sangat dibutuhkan agar setiap hal yang
dibicarakan dapat dimengerti antara satu sama lain.
A: dengan siapa kau ibadah tadi Yas?
B:
dengan kak Monik, kakak dengan siapa?
A: sendiri, kog bisa ketemu dengan kak Monik?
B:
janjian tadi BBMan lok,
A:
em, kemana kak Monik tinggal?
B: ntah apa tadi tu , egh dia bilang sih ke
jalan apa ya tadi namanya!
A: kota
baru ujungkah?
B :
aa , pokoknya sebelum Jl
Perdamaianlh.
A:
emm , ngomong apa-apalh kalian
tadi?
B:
cerita-cerita , cerita tentang Modes , kuliah , cerita tentang OMK,
pokoknya banyaklh
A: masihkah
kak Monik tu ikut yang di kampus tu?
B:
masih.
A:
jadi apa dia?
B:
kayaknya Cuma jadi anggota dch, tapi ndak tahulh
A
kayak sibuk dia tu ya!
B:
sangat. Katanya tanggal 31 ni mereka ano, mereka ada kegiatan di
Nyarungkop
A:
maperta kali!
B:
aa itulh.
Dari percakapan diatas si A berasal
dari Menyuke sedangkan si B berasal dari Ngabang. Si A dan si B memiliki bahasa
pertama atau bahasa ibu yang berbeda namun mereka berkomunikasi menggunakan
bahasa Indonesia agar dapat di mengerti antara satu dengan yang lain. Jika si A menggunakan bahasa pertamanya belum
tentu si B mengerti apa yang si A bicarakan demikian juga sebaliknya. Di sini
sudah dapat kita lihat bahasa itu bergeser dan mengalami perubahan ketika
seseorang bertemu dengan orang yang bukan satu daerah dengannya ataupun tidak
mengerti dengan bahasa yang dimiliki lawan bicaranya. Komunikasi sempurna itu
ketika pembicara dan lawan bicara sama-sama mengerti terhadap bahasa yang
mereka gunakan untuk salim berkomunikasi.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa
Pergeseran dan pemertahanan bahasa
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Masalah pergeseran dan pemertahanan bahasa di
Indonesia dipengaruhi oleh faktor yang dilatarbelakangi oleh situasi
kedwibahasaan atau kemultibahasaan. Industrialisasu dan urbanisasi dipandang
sebagai penyebab utama bergeser atau punahnya sebuah bahasa yang dapat berkait
dengan keterpakaian praktis sebuah bahasa, efisiensi bahasa, mobilitas sosial,
kemajuan ekonomi dan sebagainya.
Pada umumnya sekolah atau pendidikan
sering juga menjadi penyebab bergesernya bahasa, karena sekolah selalu
memperkenalkan bahasa kedua (B2) kepada anak didiknya yang semula monolingual,
menjadi dwibahasawan dan akhirnnya meninggalkan atau menggeser bahasa pertama
(B1) mereka. Faktor lain yang banyak oleh para ahli sosiolinguistik adalah
faktor yang berhubungan dengan faktor usia, jenis kelamin, dan kekerapan kontak
dengan bahasa lain. Rokhman (2000) dalam kajiannya mengidentifikasikan tiga
faktor yang mempengaruhi pergeseran dan pemertahanan bahasa pada masyarakat
tutur Jawa dialek Banyumas, yakni faktor sosial, kultural, dan situasional.
Kajian tentang berbagai kasus tersebut
di atas memberikan bukti bahwa tidak ada satupun faktor yang mampu berdiri
sendiri sebagai satu-satunya faktor pendukung pergeseran dan pemertahanan
bahasa. Dengan demikian, tidak semua faktor yang telah disebutkan di atas mesti
terlibat dalam setiap kasus.
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Bergesernya sebuah bahasa, baik pada
kelompok minoritas maupun pada kelompok imigran transmigran dapat disebabkan
oleh banyak faktor. Hasil-hasil penelitian, menunjukkan bahwa faktor
industrialisasi dan migrasi merupakan faktor utama. Salah satu faktor penting
pemertahanan sebuah bahasa adalah loyalitas masyarakat pendukungnya. Dengan
loyalitas itu, pendukung sebuah bahasa akan tetap mentramisikan bahasanya dari
generasi ke generasi agar tetap selalu ada. Karna pada umumnya setiap
masyarakat mengiginkan agar bahasanya tetap bertahan sampai kegenerasi
seterusnya.
Pemertahanan
bahasa pada umumnya bertujuan untuk mempertahankan budaya yang berfungsi
sebagai identitas kelompok atau komunitas, untuk mempermudah mengenali anggota
komunitas, dan untuk mengikat rasa persaudaraan sesama komunitas. Keadaan ini
akan umumnya terjadi pada komunitas masyarakat yang memiliki bahasa lebih dari
satu. Faktor yang mendorong bisa saja berasal dari dalam diri individu yang
memiliki rasa cinta akan bahasa ibu sehingga menanamkannya kepada keluarga dan
masyarakat dan dari rasa persatuan serta kecintaan pada indentitas kelompok
atau komunitas yang dimiliki.
B. Saran
Kelangsungan hidup bahasa dapat
dipertahankan dengan penetapan sebagai bahasa setempat dan digunakan sesuai
dengan ranahnya. Marilah kita saling menjaga dan mempertahankan bahasa kita
masing-masing agar tidak terjadi pergeseran akibat adanya bahasa asing yang
masuk di daerah kita masing-masing. Tidak ada salahnya jika kita mempelajari
bahasa asing karna mengikuti perubahan waktu ke waktu namun yang salah itu
ketika kita mempelajari bahasa baru dan melupakan bahasa lama.
DAFTAR
PUSTAKA
Masnur Muslih.
(2010). Tata bentuk bahasa Indonesia
(kajian ke arahtatabahasa
deskriptif). Jakarta: Bumi Aksara
Gunarwan,
Asim. (2001). “Beberapa Kasus Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa.
Rokhman,
Fathur. 2003. Pemilihan Bahasa dalam Masyarakat Dwibahasa: Kajian
Sosiolinguistik di Banyumas. Disertasi. Jogjakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Sumarsono dan Paina Partana. (2004). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
0 komentar:
Posting Komentar